Jumat, 14 Desember 2012

Berkas Cinta yang Kandas

“Rin!,  benarkah kini aku  hidup yang kedua kali ?” tanya Stefani pada Ririn, yang menggoreskan sebuah penasaran di hati Ririn.

“Ah,  apa apaan sih, Fan !” jawab Ririn dengan ketus.

“Kenapa ramalan datangnya kiamat enggak benar, kenapa lewat begitu saja!”. Kembali Stefani melontarkan keluh hatinya hingga semua teman yang lagi gabungpun melempar sorot mata tajam mereka pada Stefani, yang  kini malah kelihatan cengar cengir  wajahnya.

“Kok lo ngomong gitu sih Fan !” jawab Ririn.

“Lo lupa !, kemarin kan tanggal 12 Desember 2012. Seharusnya kita kita ini udah lenyap dari muka bumi dihempas kiamat, iya kan ?”

Maksud lo hari kemarin seharusnya terjadi kiamat dan kita semua mampus ?. Kiamat itu urusan Tuhan !”, bantah Ririn, yang disambut dengan tawa lepas Stefani, sedangkan Ririn terlihat berkerut dahinya. Lantaran sokib gaulnya itu, hari ini entah mengapa nglantur nggak ada ujung pangkalnya. Nggak biasa cewek ABG ini nglantur seperti ini, padahal sudah lama  mereka gabung. Sedangkan Lily dan Sebastian hanya saling melempar pandang,  mereka juga   heran mendengar joke Stefani itu  yang nggak seperti biasanya.

“Lo lagi ngebayangin Frans kan !, ah dasar lo anak mama, ditinggal Frans aja nggak bisa terbang bebas kaya merpati !. Enjoing piss, sobatku !” pinta Lily.

Stefani mulai menampakan senyum yang kecut, dengan rona muka memerah. Ucapan Lily tadi terasa seperti petir ribuan volt yang mengaliran arus listrik di sekujur tubuhnya. “Frans, oh iya Frans, mengapa aku seperti kehilangan sendi tulangku, bila aku mendengar nama itu disebut !”bisik hati Stefani mula mengagayuti dinding jantugnya. Bisik hati itupun terpancar pada sorot mata Stefani yang kosong.

“Piss, so sory aku ya Fan !” pinta Lily yang merasa advisnya tadi malah membuat sokib lamanya menjadi lebay dan tersudut.

“Never mind, Lily !, is OK!” kilah  Stefani yang masih belum mampu menyembunyikan wajahya yang kusam. Beruntung mereka semua biasa peduli bersama,  curhat bersama bahkan seringkali mereka bersama mengorbankan apa yang mampu mereka lakukan demi sokib mereka, maka getaran halus yang  tertoreh di hati Stefani  langsung bisa dibaca mereka bersama.

“Udah deh Fan, lo kan udah gede !, klo cowok seperti Frans meninggalkan lo, kan udah biasa. Ada apa sih, Fan !, piss deh !” Sebastian kelihatan seperti guru BP Stefani yang memberi bimbingan pada dia yang bengal. Karena bagi Sebastian, yang juga sokib kental Frans nggak nyangka, bila Stefani saat ini belum bisa melupakan Frans. Bukankah cinta mereka hanya cinta ingusan, yang sebatas hanya mengenal rindu dan saling mengagumi. Entah lantaran apa Stefani begitu  terhipnotis dengan sihir cinta Frans.

“Nggak gitu Yan, kebetulan ini kan menjelang datangnya tahun baru “ Stefani perlahan mulai mengajak sokib sokibnya untuk memberi solusi.

“Kan malah kita bisa enjoy , Fan “ pinta Ririn.

“Nanti klo saatnya aku bisa enjoy, aku akan ajak kalian semua refreshing, biar aku traktir makan di mana lo semua  sukai“  jawab Stefani.

“Kenapa  nggak sekarang aja,  Fan !. Mumpung masih sore,  habis itu kita ngumpul lagi di rumahmu, OK Fan !” pinta Lily dan Sebastian.

“So sorry, friend !, aku malah membawa kalian semua ke masalahku, piss aku belum bisa merayakan malam tahun baru ini, bagiku malam tahun baru ini sama saja aku memunguti memoriku saat bersama Frans “ nampaknya Stefani serius dengan masalah ini, terlihat dari sorot matanya yang layu. Maka tumben cewek ini nggak dandan barang sedikitpun saat sokib sokibnya ngumpul bareng di beranda rumahnya. Biasanya Stefani selalu modis, meski hanya dengan T shrt dan celana panjang.

***

Memang satu minggu sebelum datangnya malam tahun baru, Stefani hanya tersudut dengan galau  yang mengganjal di hatinya.  Memory yang dia rajut bersama Frans di tahun baru satu tahun silam begitu kelamnya. Meski Stefani hanya cewek ABG, namun karena asuhan ortunya yang penuh kasih sayang membuat dirinya mampu bersikap seperti wanita dewasa. Memang Stefani mengagumi Frans Daniel melebihi cowok lainya yang juga ganteng dan gaul seperti Frans. Hingga akhirnya dinding hati Stefani runtuh dihempas cumbu rayu Frans.

Namun Stefani sama sekali tidak mau menerima sikap Frans yang liar, seperti burung terbang kemana yang dia sukai. Stefani dalam hal ini selalu memberi advis pada Frans agar cowok pujaanya mau meninggalkan kebiasaan norak, seperti  suka mabuk,  narkoba bahkan sering pula berjudi. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang yang tulus, Stefani layaknya seorang kakak yang lembut, berusaha membimbing Frans untuk meninggalkan kebiasaan buruknya itu.

Stefani berusaha tegar menghadapi sikap Frans yang tak gila dan liar. Seribu janji dari Frans diterimanya dengan hati yang lapang, meski dia melihat sendiri Frans seenaknya melanggar janji yang diucapkanya  sendiri. Sudah berkali kali hati kecilnya selalu menyuruhnya untuk meninggalkan cowok idolanya itu, yang hanya bisa bersikap ego dan tidak pernah bisa menghargai Stefani. Namun perasaan iba terhadap Frans selalu menghalangi dia untuk memutuskanya. Karena Stefani tahu, Frans hanyalah korban ketidakharmonsan mama dan papanya.

Barangkali saja arti kehadiran seseorang akan lebih berarti lagi bila dia telah meninggalkan kita. Filosofi itu semula dipegang kukuh oleh Stefani, hingga dia akhirnya bertekad bulat meninggalkan Frans dan merencanakan maksudnya itu persis di malam tahun baru 2012.  Stefani berharap Frans sangat mengharapkan kehadiran dia kembali dan mampu menghargai dirinya, setelah Stefani meninggalkannya.

Stefani berharap kehadiran Frans di malam itu bukan sebagai Frans yang norak, tetapi hadir sebagai Frans yang dewasa dan mampu menghargai dirinya. Sehingga Stefani layaknya seorang putri raja yang menunggu pangeran cintanya. Di saat itulah sebuah janji dari Stefani akan dia ucapkan, sebuah janji tentang cinta mereka yang hanya tuhan yang mampu memisahkan mereka.

Namun apa yang terjadi justru semakin membulatkan tekad Stefani untuk meninggalkan Frans. Frans malah merayu Stefani agar dia mau gabung bareng dengan Frans melewati malam tahun baru dengan narkoba. Stefani dengan hati yang bergetar kuat akhirnya memutuskan Frans,  yang terlihat sama sekali tidak menampakan respon galau atau penyesalan.  Franspun telah lama memperlakukan Stefani seperti ABG murahan, tak berari sama sekali bagi Frans.

Frans saat itu semakin keranjingan dengan narkoba, saat malam tahun baru merambat perlahan tanpa Stefani disisinya, Frans semakin gila   berkencan dengan narkoba, semakin dia liar terbang ke angkasa, membumbung tinggi dalam atmosfer imajinasinya, Sehingga dia tidak  mampu lagi menginjakan kakinya di bumi,  Frans tersungkur dan meluruh karena overdosis, yang membuat ortunya,  semua sokibnya terlebih Stefani kehilangan dia dan larut dalam penyesalan. Kini memori itupun menjalar kembali di tiap sendi, sudut hati dan degup jantung Stefani di malam tahun baru 2013, yang diluar dugaan sokib sokibnya klo Stefani sudah mampu menepis memori itu jauh jauh.

***

            “Aku salut sama lo, sobat cantiku !” lengking suara  Lily menyapu tiap sudut beranda rumah Stefani.  Stefani menyibakan rambutnya dan meluruskan wajahnya kearah Lily dengan senyum tersungging di bibirnya, terlihat wajah yang ayu alami meski di sudut hatinya masih menyimpan kegalauan hati.

            “Bener Lily Fan !, lo kadang lebay seperti anak kecil tapi kadang pula mampu bersikap seperti wanita dewasa, dah cukup perhatian lo pada Frans, kini tinggal kamu memikirkan diri kamu sendiri “ Ririn menambahkan.

            “Trim ya friend !, dah habis curhatku pada lo semua, kini aku sudah lega. Ada yang tersisa di hatiku, yang penting aku udah berbuat maksimal untuk Frans, tapi dia memilih cara hidupnya sendiri, dan mama papanya Frans  pun tahu tentang itu” seru Stefani  yang kelihatan sudah berbinar binar wajahnya.

            Stefani kini larut dalam canda sokib sokibnya, sementara malam tahun baru semakin merayap hingga halaman rumah Stefani terang benderang di hujani kembang api, bayangan Frans di hatinya kini sirna ditelan gairah hidup Stefani yang baru. Semua sokibnya kinipun ikut berceria bersama Stefani***

 

Kamis, 29 November 2012

Black Diamond

Heilda terlihat asik menghabisan hari harinya seminggu ini, tak seperti biasanya dia ngeloyor pergi menjaring angin dan debu kotanya yang panas tertikam kemarau panjang. Kucing angora jantan tambun, berbulu  hitam pekat, dengan warna bola mata kecoklatan, kini melipatkan sayap Heilda, sehingga dia hanya menyudut di kamar flamboyan pribadinya atau di sofa warna hijau lembut, untuk membelai jari jarinya di bulu hitam kucing kesayanganya itu. Kucing angora itupun semakin manja, di tengah pelukan cewek feminis dan gaul itu. Kucing angora itupun seakan akan tahu, bahwa cewek yang menimangnya  benar benar menyayanginya, sehingga enggan baginya untuk berpisah barang sedetikpun.
Setiap Heilda berniat untuk meninggalkanya, kucing itupun mengeong manja sembari berputar putar menciumi kaki Heilda sambil sekali sekali melempar sorot matanya ke arah Heilda. Heildapun semakin gemas dan menyurutkan niatnya untuk gabung dengan sokib gaulnya yang biasa nongkrong di Russ ‘n Friend Band ’s Basecamp  untuk mengasah vokalnya.
Bagi Heilda pertemuan dengan kucing angora seminggu yang lalu, adalah ibarat mendapatkan durian runtuh dari pohonya, tak terduga baginya saat hujan badai menyergap rumahnya. Heilda menemukan kucing angora hitam tambun yang mengeong kelaparan dan kedinginan di garase mobilnya, sepulang dari sekolah. Seketika itu kucing angora bakal teman barunya  berhasil menyita perhatian Heilda karena lucunya. Heildapun tidak mau tahu dari mana dan milik siapa kucing lucu itu, apalagi kucing angora tak berkalung nama pemiliknya, yang jelas sekerat daging rebus yang dihangatkan olehnya berhasil membungkam celoteh kucing itu.
Rasa geli bercampur ceria, malah kini tersimpan dalam sudut jantung Heilda, karena kemanapun dia mengayunkan langkahnya, angora teman barunya terus membuntutinya. Hari itu adalah hari pertama bagi Heilda berteman dengan kucing angora di tidur siangnya. Kucing angora ikut terlelap menemani Heilda yang merajut mimpi di tengah hujan gerimis siang hari. Tanpa dia harus menelpon sokib sokibnya untuk sekedar chatting penghantar tidur siangnya, maka saat itu dia lebih baik mematikan Hpnya.
***
Uring uringan memang semua sokib lengketnya, yang saban hari nempel Heilda hanya untuk sekedar happy saja, lantaran sudah hampir satu minggu ini Hp Heilda cuma molor saja. Tidak ada sms, apalagi calling. Russ si empunya band yang belum beken yang paling penasaran dengan Heilda yang hilang kaya ditelan bumi. Maka diapun langsung memberondongkan kata kata kesalnya, saat Heilda calling dia di suatu sore.
“Mak lampir !, ke mana saja kamu,  lagi bulan madu sama pacar barumu ya ?. Aduh Heilda sia sia saja aku latihan, nggak ada kamu yang ngisi vokal ! 
“Eh, Russ, sorry so much aku nggak ngikut latihan, anu...”
“Ah ! , kamu pasti bingung nyari alasan, okelah kalau kamu nggak cocok dengan group ini, piss. Aku akan nyari vokalis lainnya.. !!!”
“Ntar dulu Russ, aku belum selesai ngomong! , aku lagi fall in love dengan kucing angoraku, dia cantik sekali dan manja Russ “ nada suara  Heilda merengek minta agar Russ mengerti alasanya.
“Kucing ... !!!” seru Russ penasaran..
Heilda menjadi tak mengerti harus bagaimana dia menyakinkan dan membuat Russ, cowok ganteng pujaanya mengerti betapa dia ngebet sama kucing manja itu. Apalagi sudah lama memang adik adiknya menginginkan hadirnya kucing angora atau piaraan lainnya, yang dapat dijadikan teman mereka di rumah. Karuan saja minggu minggu ini rumah mereka menjadi hangat di tengah cuaca pancaroba.Tapi mengapa pula Heilda  sampai melupakan group bandnya itu, hanya karena hadirnya kucing angora hitam mulus dan tambun, yang mengerti perasaan tuanya. Apakah ini masuk akal dan dapat di sadari Russ ?. Inilah yang membuat Heilda tersudut menanggapi sikap Russ, yang tidak mau mengerti dia.
Bahkan kini giliran Russ yang sama sekali tak mau merespon calling atau sms Heilda, setelah mengalirnya sebuah sms terakhir dari Russ di tengah malam, yang isinya “ Hanya karena kucing..kamu melupakan aku dan group kita..Good Bye Heilda “. Heilda terasa ada kekuatan yang mendorong tubuhnyanya kebelakang, hingga dia terhuyung. Beruntung dia berdiri di sisi springbednya, sehingga dia tidak terjerambab ke lantai marmer.
Heilda masih belum tahu bagaimana dia harus membalas smsnya Russ, meski Heilda tahu tanpa kehadiran Russ yang biasa lembut bersikap denganya, rasanya seperti kehilangan segalanya. Dalam kebimbangan itupun, Heilda teringat usul si bungsu Angie yang menyuruhnya mengup-load kucing angora itu ke facebook Angie dan diberi nama Black Diamond, pernah pula Angie menyuruhnya merekam dengan handcam saat mereka semua bercanda mesra denga Black Diamond dan meng up-load ke You Tube. Heildapun langsung berseri wajahnya, saat dia mulai merencanakan langkah itu dan di-share-kan ke twitter, FB Russ dan You Tube, lantas dia memberitahu  via sms agar Russ lebih mengerti lagi. Terlebih lebih Russ bersedia lebih mengerti lagi bahwa Heilda hidup dengan dua adik kandungnya yang semuanya wanita. Apakah Russ masih menyimpan keras hatinya, menyaksikan tiga perempuan yang ceria bermain manja dengan Black Diamond, yang belum lama hadir di tengah mereka.
***
Berkali kali Heilda, Angie dan Magie nonton tayangan You Tube saban harinya sepulang mereka dari sekolah, mereka bertiga semakin heran dengan  ulah Black Diamond yang tidak seperti kucing lainnya. Tentunya kucing ini milik seseorang, tapi siapa pemiliknya ? tentu pula Black Diamond berharga mahal. Berkali kali pertanyaan itu silih berganti dilontarkan kepada masing masing saudara sekandung. Apalagi dengan pemberian nama Black Diamond yang keren itu, tentu saja banyak pemirsa You Tube yang terbius dengan ulah kucing angora milik mereka bertiga, termasuk juga Russ yang asyik menyaksikan tayangan  You Tube tersebut. Terbukti dalam waktu hanya 1 minggu publik yang menyukai Black Diamond sudah mencapai hampir seribu. Russpun yakin, bahwa kucing angora itu pasti berharga mahal dan bukan milik orang sembarangan.
“Heilda, ini aku Russ !”
“Oh, Russ, kamu ganti nomor, ya ! “
“Iya, Heilda. Aku takut klo kamu nggak mau mengangkatnya ! “
“Kamu sudah tahu  Black Diamond ?, gimana komen kamu ?” tanya Heilda dengan harapan agar Russ lebih mengerti tentang sikap dirinya.
“Udah Heilda !, cuma apa belum ada orang yang menelponmu ?”
“Emangnya kenapa ?” Heilda menjadi penasaran.
“Ini bukan kucing angora sembarangan, ini pasti   milik seorang yang melatih kucing kesayanganya itu. Cobalah kamu saksikan mana ada kucing yang bisa seperti itu. Tentunya pemilik kucing itu akan mencari sampai kapanpun “
“Lantas apa yang harus aku lakukan bila ketemu pemilik, diamondku sayang ?”
“Ya kamu berikan saja, apabila dia bisa menunjukan bukti otentik. Kucing itukan bukan milik kamu! . Klo nggak bisa nunjukan bukti  jangan kamu berikan !“
“Russ, kamu lihat kan , betapa adik adiku dan aku sungguh bahagia dengan kehadiran kucing lucu ini “. Heilda tetap tak mau mengendorkan niatnya agar Russ mengerti tentang dirinya dan tak lagi menjauh.
“Aku mengerti Heilda, memang kamu sering bersikap seperti anak kecil dan kolokan, ya udahlah. Besok aku dengan gitar saja ke rumahmu, jadi band kita tidak terganggu lagi hanya karena kucing manismu “
“Trim ya Russ”
***
 Apa yang dibayangkan mereka bertiga, hari ini telah menjadi suatu realita. Saat sepasang suami istri yang tidak mereka kenal, tapi bertempat tinggal di blok sebelah mengunungi mereka di suatu sore. Mereka berdua mengaku bahwa kucing itu adalah milik mereka. Hilangnya kucing angora yang mereka beri nama Geronemo, adalah karena ada ulah pencuri yang berniat membawanya, tapi di tengah jalan Geronemo berhasil lari dari gendongan pencuri itu, yang tidak lain adalah sopirnya sendiri.
“Maaf dari mana bapak tahu bahwa kucing ini milik bapak ?’ seru Heilda.
“Dari You Tube mba Heilda sendiri, setelah kami amati, kucing Mba Heilda ternyata Geronemo “
“Maaf, pak , kalau cuma alasan itu, semua orang bisa mengakunya “ lengking Heilda merebak ke semua ruangan tamunya, karena kekesalan hatinya.
“Mba Heilda , Geronemo aku beli saat masih kecil di Jakarta di agen pembiakan kucing angora unggul. Kami membawa sertifikat dari agenya, dengan tatto  identitas  bernomor 36 yang ditulis di telinga kiri sebelah dalam Geronemo. Cobalah Mba Heilda cek”
Saat itu semua pipi adik adik Heilda menadi basah, karena sedih dengan perpisahan yang tidak lama lagi. Ternyata benar bahwa Black Diamond adalah Geronemo. Apalagi Geronemo terlihat agak marah bila digendong pemilik seenarnya. Karena dia lebih suka menjadi Black Diamond milik tiga saudara perempuan. Tapi tak ada yang mampu menghalangi niat pemilik Geronemo untuk membawanya pergi. Heilda hanya mampu menenangkan perasaan kdeua adiknya, karena Heilda tahu sesuatu yang berharga, apabila bukan milik kita, semuanya pun akan hilang dengan mudah. Heildapun terus memberikan senyum cerianya kepada kedua adiknya, dan terlebih lebih kepada Russ***

Senin, 26 November 2012

J o m b l o

Hari hari bagi Amelia adalah hari dalam kehidupanya. yang tak pernah dihiasi dengan hasrat untuk melangkah surut dalam hal apapun. Bagaikan angin kemarau yang melesat tak bisa dibendung sepanjang garis titian hidupnya, yang penuh dengan kesahajaan dan kegigihan bersama dengan bapa dan emaknya dalam mengayuh biduk kehidupan mereka. Meski Amelia dan keluarganya, hanya bersandar pada biduk yang lapuk dengan layar yang bertebar sayatan koyak, lantaran tertikam ganas dan kejinya kehidupan ini.

Amelia tumbuh menjadi remaja yang lebih sahaja dibanding   ABG lainnya di sekolah tempat dia serius menuntut ilmu. Amelia tidak pernah mengenal manis manja dan ceria seperti anak pejabat atau saudagar kaya dengan rengkuhan materi yang berkecukupan. Sehingga mereka seperti kupu kupu kertas warna warni,yang lepas bebas terbang ke tiap penjuru langit, saat hujan menghadang mereka, maka luruhlah kedua sayap yang tak seberapa kokohnya.

Padahal Amelia saat fajar merekah, dia sudah sibuk membantu emaknya untuk belanja sayur ke pasar pagi, untuk sekedar menyambung separo nafasnya. Dia rela bergumul dengan kabut pagi yang dingin, debu pasar yang berceria ditiup angin gunung atau peluh emak emak tua yang berebut mendapatkan sayur sayuran yang masih segar. Meski kadang disertai rasa kantuk,  lantara Amelia sering sampai larut malam membantu emaknya di warung nasi depan rumahnya. Sementara adik adiknya sudah mendengkur menguntai mimpi indah,tak peduli emak dan kakak sulungnya, mengais sesuap dua suap nafkah.

Itulah Amelia, dia harus menikam bisu hari hari indahnya sebagai ABG yang sebenarnya berwajah cantik, berkulit kuning. Apalagi bila dia berdandan seperti ABG lainnya,bercelana jeans ketat, kaos T shirt yang keren dan asesoris gaul lainnya.Maka tampaklah selibritis yang siap bercasting di depan kamera tv swasta, setiap liuk tubuhnya yang sintal menggeliat seperti ular kobra, maka sorot mata cowok cowok jalangpun akan terus membidiknya. Maka wajar saja,  bila setiap sekolahnya mengadakan perhelatan seni Amelia selalu menjadi bidikan sokib sokibnya untuk mencurahkan multitalentanya. Meski dengan sorot matanya yang  sedingin salju lantaran kehidupanya yang mengalami keterpurukan, kadang kadang juga liar dan tajam pertanda dari dalam dirinya terpendam potensi sebagai ABG multitalenta.

***

“Kau tidak pernah sedikitpun memberi aku harapan,Amel ?” bisik Rudy yang sedari pagi terus menempel Amelia, yang berpakaian seragam sudah agak kusam, karena lamaAmelia  tidak mampu membeli yang baru. Amelia hanya tersenyum tipis dan tetap saja dia menyimpan salju di kedua sorot matanya. Rudypun terus saja hingga hari ini masih menyimpan sejuta penasaran, andaikan cewek ini mampu berbinar seperti ABG lainnya yang ceria, maka tidak ada perbedaan antara selebritis dengan Amelia seberkas benangpun. Namun Amelia hanya “keeping silent”, tanpa memandang serius apa yang selalu dia curahkan kepada dia.

“Kau tak keberatan kan ?,bila aku selalu memintamu untuk menjawab ?”

“Rudy ?, apa sih beratnya menjawab apa yang kamu pinta !. Tapi Rud !, aku bukan cewek seperti itu.Kehidupanku dan emak memang lagi terpuruk, bapak jarang pulang karena banyak mengejar borongan di Jakarta, aku nggak bisa sekolah dan berpacaran seperti cewek lainnya. Maafkan aku Rud !” Amelia tetap saja menyedot es jeruknya di kantin, di tengah klasmeeting sehabis UTS.Kedua sorot matanya,hanya asik menelisik larinya air jeruk yang turun naik sepanjang sedotan. Namun justru Rudi semakin dibuat ngap ngapan dengan ulah dingin “The Ice Girl”, yang terbujur bisu di depannya.

“Tapi kau kan jomblo,Amel ?”

“Ya, tepatnya The Silent Jomblo !, tapi itulah aku Rud !, aku nggak peduli. Aku nggak mau setiap sokibku ikut larut dalam penderitaanku. Aku terbiasa hidup gigih di tengah turun naiknya kehidupanku. Aku dhdapkan dengan bagaimana aku dapat membantu emak dan bapaku yang setengah mati menggayutkan hidup ini. Kau tidak biasa dengan keadaan seperti ini,kan Rud !. Kasihanilah diri kamu sendiri, Ru!” hanya sekali ini dia mendengar suara Amelia yang nyaring, dengan mata yang datar namun siap menundukan hati siapa saja yang ada di depanya.

Rudipun hanya sekilas menguliti perjalanan hidupnya, yang diseputari materi yang berlimpah. Mobil hiam mulus dari negeri Eropa selalu mengantarkan dia kemanapun pergi, doku yang diberikan mama papanya selau ludes untuk terbang dari cakrawala manja tawa satu ke lainnya. Apapun mampu dia beli, namun membeli sberkas cinta dari Amelia, ternyata dia tidak mampu sama sekali.

“Aku siap menerimamu apa adanya !”

“Jangan konyol, Rud !, kamu tidak akan mampu berbuat apapun menghadapi peliknya hidup ini. Kau hanya menuruti emosi hati  saja. Sudahlah Rud !, apa salahnya sih !, kalau kita hanya berteman saja !, piss !” kali ini sebuah senyuman tipis menghiasi wajah putih alami Amelia.

Tapi bagi Rudy sebuah sayatan luka dihatinya mulai terasa pedih. Tidak ada satupun tebing yang kokoh yang mampu dijadikan curahan hatinya. Mama papanya apalagi, mereka hanya sibuk memutarkan bermilyar milyar uangnya demi sebuah kehidupan sang pemuja harta yang glamour. Sokib sokib yang selalu memusarinyapun tak akan mampu mencarikan kiat untuk bisa mendapatkan ABG yang cantik, flamboyan dan sahaja ini. Ruypun hanya mampu menyobek selembar kertas dari bukunya untuk sekedar menuangkan gejolak hatinya yang sedang dijauhi dewi asmara. Hanya itu yang mampu diperbuat Rudy, sementara Amelia hanya asik mencari uang recehan yang tersebar di kantong bajunya, untuk membayar es jeruknya itu.

“Amel!, bacalah puisiku !, inilah gambaran hatiku, “

Amelia
mampukah kau sejenak melepas....
tiap bilah guratan pedih yang menikam halaman hatimu
lantas kau ulurkan kelopak mawar menembus batas langit
dengan warna merah jingga,
akupun mampu membentangkan rindu,
kau mlempar senyum yang mampu meuntuhkan
puncak Mount Everest
kita bermandi di buih putih laut biru
aku dalam tabir cinta,
kau bersamaku menghitung hari....Rudy

“Apa artinya ini semua Rud ?” geliat tubuh Amelia, yang tadinya terbujur bisu kini nampak saat kedua tanganya membaca puisi Rudy, namun sorot mata The Silent Jomblo masih saja sedingin es.

“Sebuah penantian, Amel !, tetang kau, tentang isi hati ini” Tangan kanan Rudy terus saja menempel pada dadanya sendiri.

“So sorry !, Rud, puisimu tak berarti apa apa bagiku, maafkan aku ya Rud !”

***

“Bapak  !”

“Amel, anaku !” sebuah pelukan luapan kangen antara bapak dan putri sulungnya mengharukan pertemuan mereka di tengah malam, saat bapak Amelia tiba kembali di tengah mereka setelah 6 bulan mereka berpisah. Demikian sibuknya hingga Sanoso si tukang batu baru bisa kembali dari Jakarta. Lelaki setengah baya itu, sudah kelihatan tua dibanding dengan umurnya, lantaran dia hanya sebagai pekerja kasar yang memaksakan diri demi menghidupi anak istrinya.

“Bapak !, Amel minta bapak tidak usah ke Jakarta lagi. Warung kita sudah mampu menghidupi kita semua”

“Tapi kamu harus kuliah, Amel !,kamu harus bisa maju, tidak harus terus menerus di warung”

“Itu gampang, pak !, yang penting kita bisa berkumpul lagi, itu sudah cukup bagi Amel “

“Tapi, siapa pacar kamu, Amel ?”

“Amel belum memikirkan itu, Pak !, meskipun sudah banyak cowok yang mendekati aku “

“Jangan begitu Amel, keadaan kita ini adalah semua salah bapak !, kamu tidak boleh ikut menderita. Biarlah semua menjadi tanggung jawab bapak. Seandainya kamu mencintai pria yang kamu pilih, janganlah kau bunuh perasaanmu sendiri. Asal kamu mampu menjaga diri. Kamu kan sudah lulus SMA, kamu harus ceria sama seperti wanita lainnya “.

Amelia hanya tertunduk malu, dalam dirinya kini mulai terasa getaran aneh yang kemudian merambat ke semua sendi tulangnya. Sorot matanya kini mulai hidup, entahlah apa yang akan dilakukan oleh cewek ABG k ini***