Cerpen Wanita Lajang
Kumpulan Cerpen REMAJA Karya Ir.BAMBANG SUKMADJI
Jumat, 14 Desember 2012
Kamis, 29 November 2012
Black Diamond
Heilda terlihat asik menghabisan hari harinya
seminggu ini, tak seperti biasanya dia ngeloyor pergi menjaring angin dan debu
kotanya yang panas tertikam
kemarau panjang. Kucing angora jantan tambun, berbulu hitam
pekat, dengan warna bola mata kecoklatan, kini melipatkan sayap Heilda,
sehingga dia hanya menyudut di
kamar flamboyan pribadinya atau di sofa warna hijau lembut, untuk membelai jari
jarinya di bulu hitam kucing kesayanganya itu. Kucing angora itupun semakin
manja, di tengah pelukan cewek feminis dan gaul itu. Kucing angora itupun seakan akan tahu,
bahwa cewek
yang menimangnya benar benar menyayanginya, sehingga enggan
baginya untuk berpisah barang sedetikpun.
Setiap Heilda
berniat untuk meninggalkanya, kucing itupun mengeong manja sembari
berputar putar menciumi kaki Heilda sambil sekali sekali
melempar sorot matanya ke arah Heilda. Heildapun semakin gemas dan menyurutkan
niatnya untuk gabung dengan sokib gaulnya yang biasa nongkrong di Russ
‘n Friend Band ’s Basecamp untuk
mengasah vokalnya.
Bagi Heilda
pertemuan dengan kucing angora seminggu yang lalu, adalah ibarat mendapatkan
durian runtuh dari pohonya, tak terduga baginya saat hujan badai menyergap
rumahnya. Heilda menemukan kucing angora hitam tambun yang mengeong kelaparan
dan kedinginan di garase mobilnya, sepulang dari sekolah. Seketika itu kucing
angora bakal teman barunya berhasil
menyita perhatian Heilda karena lucunya. Heildapun tidak mau tahu dari mana dan
milik siapa kucing lucu itu, apalagi kucing angora tak berkalung nama pemiliknya,
yang jelas sekerat daging rebus yang dihangatkan olehnya berhasil membungkam
celoteh kucing itu.
Rasa geli bercampur
ceria, malah kini tersimpan dalam sudut jantung Heilda, karena kemanapun dia
mengayunkan langkahnya, angora teman barunya terus membuntutinya. Hari itu
adalah hari pertama bagi Heilda berteman dengan kucing angora di tidur
siangnya. Kucing angora ikut terlelap menemani Heilda yang merajut mimpi di
tengah hujan gerimis siang hari. Tanpa dia harus menelpon sokib sokibnya untuk
sekedar chatting penghantar tidur siangnya, maka saat itu dia lebih baik
mematikan Hpnya.
***
Uring uringan memang semua sokib lengketnya, yang
saban hari nempel Heilda hanya untuk sekedar happy saja, lantaran sudah hampir
satu minggu ini Hp Heilda cuma molor saja. Tidak ada sms, apalagi calling. Russ
si empunya band yang belum beken yang paling penasaran dengan Heilda yang
hilang kaya ditelan bumi. Maka diapun langsung memberondongkan kata kata
kesalnya, saat Heilda calling dia di suatu sore.
“Mak lampir !, ke mana saja kamu, lagi bulan madu sama pacar barumu ya ?. Aduh
Heilda sia sia saja aku latihan, nggak ada kamu yang ngisi vokal ! “
“Eh, Russ, sorry so much aku nggak ngikut latihan,
anu...”
“Ah ! , kamu pasti bingung nyari alasan, okelah
kalau kamu nggak cocok dengan group ini, piss. Aku akan nyari vokalis lainnya..
!!!”
“Ntar dulu Russ, aku belum selesai ngomong! , aku
lagi fall in love dengan kucing angoraku, dia cantik sekali dan manja Russ “
nada suara Heilda merengek minta agar
Russ mengerti alasanya.
“Kucing ... !!!” seru Russ penasaran..
Heilda menjadi tak mengerti harus bagaimana dia
menyakinkan dan membuat Russ, cowok ganteng pujaanya mengerti betapa dia ngebet
sama kucing manja itu. Apalagi sudah lama memang adik adiknya menginginkan
hadirnya kucing angora atau piaraan lainnya, yang dapat dijadikan teman mereka
di rumah. Karuan saja minggu minggu ini rumah mereka menjadi hangat di tengah
cuaca pancaroba.Tapi mengapa pula Heilda
sampai melupakan group bandnya itu, hanya karena hadirnya kucing angora
hitam mulus dan tambun, yang mengerti perasaan tuanya. Apakah ini masuk akal
dan dapat di sadari Russ ?. Inilah yang membuat Heilda tersudut menanggapi
sikap Russ, yang tidak mau mengerti dia.
Bahkan kini giliran Russ yang sama sekali tak mau
merespon calling atau sms Heilda, setelah mengalirnya sebuah sms terakhir dari
Russ di tengah malam, yang isinya “ Hanya karena kucing..kamu melupakan aku dan
group kita..Good Bye Heilda “. Heilda terasa ada kekuatan yang mendorong
tubuhnyanya kebelakang, hingga dia terhuyung. Beruntung dia berdiri di sisi
springbednya, sehingga dia tidak terjerambab ke lantai marmer.
Heilda masih belum tahu bagaimana dia harus membalas
smsnya Russ, meski Heilda tahu tanpa kehadiran Russ yang biasa lembut bersikap
denganya, rasanya seperti kehilangan segalanya. Dalam kebimbangan itupun,
Heilda teringat usul si bungsu Angie yang menyuruhnya mengup-load kucing angora
itu ke facebook Angie dan diberi nama Black Diamond, pernah pula Angie
menyuruhnya merekam dengan handcam saat mereka semua bercanda mesra denga Black
Diamond dan meng up-load ke You Tube. Heildapun langsung berseri wajahnya, saat
dia mulai merencanakan langkah itu dan di-share-kan ke twitter, FB Russ dan You
Tube, lantas dia memberitahu via sms
agar Russ lebih mengerti lagi. Terlebih lebih Russ bersedia lebih mengerti lagi
bahwa Heilda hidup dengan dua adik kandungnya yang semuanya wanita. Apakah Russ
masih menyimpan keras hatinya, menyaksikan tiga perempuan yang ceria bermain
manja dengan Black Diamond, yang belum lama hadir di tengah mereka.
***
Berkali kali Heilda, Angie dan Magie nonton tayangan
You Tube saban harinya sepulang mereka dari sekolah, mereka bertiga semakin
heran dengan ulah Black Diamond yang
tidak seperti kucing lainnya. Tentunya kucing ini milik seseorang, tapi siapa
pemiliknya ? tentu pula Black Diamond berharga mahal. Berkali kali pertanyaan
itu silih berganti dilontarkan kepada masing masing saudara sekandung. Apalagi
dengan pemberian nama Black Diamond yang keren itu, tentu saja banyak pemirsa
You Tube yang terbius dengan ulah kucing angora milik mereka bertiga, termasuk juga
Russ yang asyik menyaksikan tayangan You
Tube tersebut. Terbukti dalam waktu hanya 1 minggu publik yang menyukai Black
Diamond sudah mencapai hampir seribu. Russpun yakin, bahwa kucing angora itu
pasti berharga mahal dan bukan milik orang sembarangan.
“Heilda, ini aku Russ !”
“Oh, Russ, kamu ganti nomor, ya ! “
“Iya, Heilda. Aku takut klo kamu nggak mau
mengangkatnya ! “
“Kamu sudah tahu Black Diamond ?, gimana komen kamu ?” tanya
Heilda dengan harapan agar Russ lebih mengerti tentang sikap dirinya.
“Udah Heilda !, cuma apa belum ada orang yang
menelponmu ?”
“Emangnya kenapa ?” Heilda menjadi penasaran.
“Ini bukan kucing angora sembarangan, ini pasti milik seorang yang melatih kucing
kesayanganya itu. Cobalah kamu saksikan mana ada kucing yang bisa seperti itu.
Tentunya pemilik kucing itu akan mencari sampai kapanpun “
“Lantas apa yang harus aku lakukan bila ketemu
pemilik, diamondku sayang ?”
“Ya kamu berikan saja, apabila dia bisa menunjukan
bukti otentik. Kucing itukan bukan milik kamu! . Klo nggak bisa nunjukan bukti jangan kamu berikan !“
“Russ, kamu lihat kan , betapa adik adiku dan aku sungguh
bahagia dengan kehadiran kucing lucu ini “. Heilda tetap tak mau mengendorkan
niatnya agar Russ mengerti tentang dirinya dan tak lagi menjauh.
“Aku mengerti Heilda, memang kamu sering bersikap
seperti anak kecil dan kolokan, ya udahlah. Besok aku dengan gitar saja ke
rumahmu, jadi band kita tidak terganggu lagi hanya karena kucing manismu “
“Trim ya Russ”
***
Apa yang
dibayangkan mereka bertiga, hari ini telah menjadi suatu realita. Saat sepasang
suami istri yang tidak mereka kenal, tapi bertempat tinggal di blok sebelah
mengunungi mereka di suatu sore. Mereka berdua mengaku bahwa kucing itu adalah
milik mereka. Hilangnya kucing angora yang mereka beri nama Geronemo, adalah
karena ada ulah pencuri yang berniat membawanya, tapi di tengah jalan Geronemo
berhasil lari dari gendongan pencuri itu, yang tidak lain adalah sopirnya
sendiri.
“Maaf dari mana bapak tahu bahwa kucing ini milik
bapak ?’ seru Heilda.
“Dari You Tube mba Heilda sendiri, setelah kami
amati, kucing Mba Heilda ternyata Geronemo “
“Maaf, pak , kalau cuma alasan itu, semua orang bisa
mengakunya “ lengking Heilda merebak ke semua ruangan tamunya, karena kekesalan
hatinya.
“Mba Heilda , Geronemo aku beli saat masih kecil di
Jakarta di agen pembiakan kucing angora unggul. Kami membawa sertifikat dari
agenya, dengan tatto identitas bernomor 36 yang ditulis di telinga kiri
sebelah dalam Geronemo. Cobalah Mba Heilda cek”
Saat itu semua pipi adik adik Heilda menadi basah,
karena sedih dengan perpisahan yang tidak lama lagi. Ternyata benar bahwa Black
Diamond adalah Geronemo. Apalagi Geronemo terlihat agak marah bila digendong
pemilik seenarnya. Karena dia lebih suka menjadi Black Diamond milik tiga
saudara perempuan. Tapi tak ada yang mampu menghalangi niat pemilik Geronemo
untuk membawanya pergi. Heilda hanya mampu menenangkan perasaan kdeua adiknya,
karena Heilda tahu sesuatu yang berharga, apabila bukan milik kita, semuanya
pun akan hilang dengan mudah. Heildapun terus memberikan senyum cerianya kepada
kedua adiknya, dan terlebih lebih kepada Russ***
Senin, 26 November 2012
J o m b l o
Hari hari bagi Amelia adalah hari dalam kehidupanya. yang tak pernah dihiasi dengan hasrat untuk melangkah surut dalam hal apapun. Bagaikan angin kemarau yang melesat tak bisa dibendung sepanjang garis titian hidupnya, yang penuh dengan kesahajaan dan kegigihan bersama dengan bapa dan emaknya dalam mengayuh biduk kehidupan mereka. Meski Amelia dan keluarganya, hanya bersandar pada biduk yang lapuk dengan layar yang bertebar sayatan koyak, lantaran tertikam ganas dan kejinya kehidupan ini.
Amelia tumbuh menjadi remaja yang lebih sahaja dibanding ABG lainnya di sekolah tempat dia serius menuntut ilmu. Amelia tidak pernah mengenal manis manja dan ceria seperti anak pejabat atau saudagar kaya dengan rengkuhan materi yang berkecukupan. Sehingga mereka seperti kupu kupu kertas warna warni,yang lepas bebas terbang ke tiap penjuru langit, saat hujan menghadang mereka, maka luruhlah kedua sayap yang tak seberapa kokohnya.
Padahal Amelia saat fajar merekah, dia sudah sibuk membantu emaknya untuk belanja sayur ke pasar pagi, untuk sekedar menyambung separo nafasnya. Dia rela bergumul dengan kabut pagi yang dingin, debu pasar yang berceria ditiup angin gunung atau peluh emak emak tua yang berebut mendapatkan sayur sayuran yang masih segar. Meski kadang disertai rasa kantuk, lantara Amelia sering sampai larut malam membantu emaknya di warung nasi depan rumahnya. Sementara adik adiknya sudah mendengkur menguntai mimpi indah,tak peduli emak dan kakak sulungnya, mengais sesuap dua suap nafkah.
Itulah Amelia, dia harus menikam bisu hari hari indahnya sebagai ABG yang sebenarnya berwajah cantik, berkulit kuning. Apalagi bila dia berdandan seperti ABG lainnya,bercelana jeans ketat, kaos T shirt yang keren dan asesoris gaul lainnya.Maka tampaklah selibritis yang siap bercasting di depan kamera tv swasta, setiap liuk tubuhnya yang sintal menggeliat seperti ular kobra, maka sorot mata cowok cowok jalangpun akan terus membidiknya. Maka wajar saja, bila setiap sekolahnya mengadakan perhelatan seni Amelia selalu menjadi bidikan sokib sokibnya untuk mencurahkan multitalentanya. Meski dengan sorot matanya yang sedingin salju lantaran kehidupanya yang mengalami keterpurukan, kadang kadang juga liar dan tajam pertanda dari dalam dirinya terpendam potensi sebagai ABG multitalenta.
“Kau tidak pernah sedikitpun memberi aku harapan,Amel ?” bisik Rudy yang sedari pagi terus menempel Amelia, yang berpakaian seragam sudah agak kusam, karena lamaAmelia tidak mampu membeli yang baru. Amelia hanya tersenyum tipis dan tetap saja dia menyimpan salju di kedua sorot matanya. Rudypun terus saja hingga hari ini masih menyimpan sejuta penasaran, andaikan cewek ini mampu berbinar seperti ABG lainnya yang ceria, maka tidak ada perbedaan antara selebritis dengan Amelia seberkas benangpun. Namun Amelia hanya “keeping silent”, tanpa memandang serius apa yang selalu dia curahkan kepada dia.
“Kau tak keberatan kan ?,bila aku selalu memintamu untuk menjawab ?”
“Rudy ?, apa sih beratnya menjawab apa yang kamu pinta !. Tapi Rud !, aku bukan cewek seperti itu.Kehidupanku dan emak memang lagi terpuruk, bapak jarang pulang karena banyak mengejar borongan di Jakarta, aku nggak bisa sekolah dan berpacaran seperti cewek lainnya. Maafkan aku Rud !” Amelia tetap saja menyedot es jeruknya di kantin, di tengah klasmeeting sehabis UTS.Kedua sorot matanya,hanya asik menelisik larinya air jeruk yang turun naik sepanjang sedotan. Namun justru Rudi semakin dibuat ngap ngapan dengan ulah dingin “The Ice Girl”, yang terbujur bisu di depannya.
“Tapi kau kan jomblo,Amel ?”
“Ya, tepatnya The Silent Jomblo !, tapi itulah aku Rud !, aku nggak peduli. Aku nggak mau setiap sokibku ikut larut dalam penderitaanku. Aku terbiasa hidup gigih di tengah turun naiknya kehidupanku. Aku dhdapkan dengan bagaimana aku dapat membantu emak dan bapaku yang setengah mati menggayutkan hidup ini. Kau tidak biasa dengan keadaan seperti ini,kan Rud !. Kasihanilah diri kamu sendiri, Ru!” hanya sekali ini dia mendengar suara Amelia yang nyaring, dengan mata yang datar namun siap menundukan hati siapa saja yang ada di depanya.
Rudipun hanya sekilas menguliti perjalanan hidupnya, yang diseputari materi yang berlimpah. Mobil hiam mulus dari negeri Eropa selalu mengantarkan dia kemanapun pergi, doku yang diberikan mama papanya selau ludes untuk terbang dari cakrawala manja tawa satu ke lainnya. Apapun mampu dia beli, namun membeli sberkas cinta dari Amelia, ternyata dia tidak mampu sama sekali.
“Aku siap menerimamu apa adanya !”
“Jangan konyol, Rud !, kamu tidak akan mampu berbuat apapun menghadapi peliknya hidup ini. Kau hanya menuruti emosi hati saja. Sudahlah Rud !, apa salahnya sih !, kalau kita hanya berteman saja !, piss !” kali ini sebuah senyuman tipis menghiasi wajah putih alami Amelia.
Tapi bagi Rudy sebuah sayatan luka dihatinya mulai terasa pedih. Tidak ada satupun tebing yang kokoh yang mampu dijadikan curahan hatinya. Mama papanya apalagi, mereka hanya sibuk memutarkan bermilyar milyar uangnya demi sebuah kehidupan sang pemuja harta yang glamour. Sokib sokib yang selalu memusarinyapun tak akan mampu mencarikan kiat untuk bisa mendapatkan ABG yang cantik, flamboyan dan sahaja ini. Ruypun hanya mampu menyobek selembar kertas dari bukunya untuk sekedar menuangkan gejolak hatinya yang sedang dijauhi dewi asmara. Hanya itu yang mampu diperbuat Rudy, sementara Amelia hanya asik mencari uang recehan yang tersebar di kantong bajunya, untuk membayar es jeruknya itu.
“Amel!, bacalah puisiku !, inilah gambaran hatiku, “
Amelia
mampukah kau sejenak melepas....
tiap bilah guratan pedih yang menikam halaman hatimu
lantas kau ulurkan kelopak mawar menembus batas langit
dengan warna merah jingga,
akupun mampu membentangkan rindu,
kau mlempar senyum yang mampu meuntuhkan
puncak Mount Everest
kita bermandi di buih putih laut biru
aku dalam tabir cinta,
kau bersamaku menghitung hari....Rudy
“Apa artinya ini semua Rud ?” geliat tubuh Amelia, yang tadinya terbujur bisu kini nampak saat kedua tanganya membaca puisi Rudy, namun sorot mata The Silent Jomblo masih saja sedingin es.
“Sebuah penantian, Amel !, tetang kau, tentang isi hati ini” Tangan kanan Rudy terus saja menempel pada dadanya sendiri.
“So sorry !, Rud, puisimu tak berarti apa apa bagiku, maafkan aku ya Rud !”
***
“Bapak !”
“Amel, anaku !” sebuah pelukan luapan kangen antara bapak dan putri sulungnya mengharukan pertemuan mereka di tengah malam, saat bapak Amelia tiba kembali di tengah mereka setelah 6 bulan mereka berpisah. Demikian sibuknya hingga Sanoso si tukang batu baru bisa kembali dari Jakarta. Lelaki setengah baya itu, sudah kelihatan tua dibanding dengan umurnya, lantaran dia hanya sebagai pekerja kasar yang memaksakan diri demi menghidupi anak istrinya.
“Bapak !, Amel minta bapak tidak usah ke Jakarta lagi. Warung kita sudah mampu menghidupi kita semua”
“Tapi kamu harus kuliah, Amel !,kamu harus bisa maju, tidak harus terus menerus di warung”
“Itu gampang, pak !, yang penting kita bisa berkumpul lagi, itu sudah cukup bagi Amel “
“Tapi, siapa pacar kamu, Amel ?”
“Amel belum memikirkan itu, Pak !, meskipun sudah banyak cowok yang mendekati aku “
“Jangan begitu Amel, keadaan kita ini adalah semua salah bapak !, kamu tidak boleh ikut menderita. Biarlah semua menjadi tanggung jawab bapak. Seandainya kamu mencintai pria yang kamu pilih, janganlah kau bunuh perasaanmu sendiri. Asal kamu mampu menjaga diri. Kamu kan sudah lulus SMA, kamu harus ceria sama seperti wanita lainnya “.
Amelia hanya tertunduk malu, dalam dirinya kini mulai terasa getaran aneh yang kemudian merambat ke semua sendi tulangnya. Sorot matanya kini mulai hidup, entahlah apa yang akan dilakukan oleh cewek ABG k ini***
Langganan:
Postingan (Atom)