Penuh ketidaktahuan
kini dirasakan oleh
cowok yang satu ini, Agusta
demikian fans–fansnya yang seabreg
memanggilnya demikian , getar hatinya merambat sangat kuat hingga keseluruh tubuhnya. Entah dalam jantung hatinya ada perasaan
aneh, hingga terus menggrogoti dirinya, terlebih lebih bila malam telah
larut.
Terasa hanya dia dan malam
saja yang saling membisu sepi, semakin malam larut semakin tertusuk jantungnya
dengan keegoan malam ini. Apa lantaran dia mulai menambatkan
hatinya pada Ellisa siswi baru, kala dia mengenal cewek ini pada acara Opsek
siswa baru di sekolahnya. Toh perkenalannya hanya sepintas saja karena dia
sendiri kala itu, sibuk sebagai ketua panitia opsek.
Setelah itu, pertemuannya antara Ellisa hanya sebatas ketemu di sekolah,
kala kebetulan bareng di acara rapat osis. Sikapnya hanya biasa, tidak ada pandangan mata mereka berdua yang
memiliki arti. Apalagi dari sikap Ellisa yang kaya mayat hidup aja. Sama sekali
tidak ada desiran hati yang aneh dalam diri Agusto.
Waktu berjalan terus tanpa ada
yang mampu menghentikan, Agustopun larut dengan seabreg tugas – tugas guru dan
ulangan. Belum lagi aktifitas midsemester. Sangat menyita waktunya untuk
belajar, agar dia bisa mendapatkan nilai maksimum.
Namun pertemuan antar mereka
memang harus berlanjut. Kala sekolah
mengadakan kegiatan classmeeting, usai ulangan umum semester genap kemarin.
Ellisapun aktif di kepanitiaan classmeeting
tadi, yang kebetulan diketuai oleh Agusta. Sehingga hampir tiap hari mereka
berdua saling dekat. Saat itupun hati mereka berduapun tetap dungin, nggak
punya geter apa –apa. Ellisapun tetap
bermanja-manja dengan dia kalau ada maunya saja.
Menanggapi perilaku Ellisa ini,
Agustopun memaklumi karena bagaimanapun juga Ellisa dalah cewek teenager yang
masih lugu dan polos. Sebaliknya kalau Ellisa lagi nggak butuh pertolongannya,
berubahlah Ellisa menjadi sosok yang dingin dan membisu seribu bahasa, layaknya
mayat hidup.
Namun demikian juga Agusto tak
pernah menghirukan Ellisa. Bagi Agusto Ellisa adalah cewek yang
tidak begitu istimewa, lantaran menurutnya masih banyak cewek – cewk di
sekolahnya yang segalanya lebih baik ketimbang Ellisa. Toh ada satu dua cewek
seangkatannya yang sempat hadir di hati Agsto, namun Agustopun tak tahu, harus
darimana dia akan memulainya.
Waktu terus menggeliat tiada satupun yang mampu menghentikannya, tibalah
saat pembaagian rapot akhir tahun sekaligus pengumuman kenaikan kelas. Sudah
barang tentu baik Agusto maupun Ellisa termasuk siswa yang tidak bermasalah,
aktifis osis dan santun kepada semua guru. Sehingga wajar saja bila mereka kini
meraih siswa teladan di sekolahnya. Tepuk tangan yang hingar bingar dari
simpatisan baik guru maupun siwa memenuhi aula sekolah mereka. Merekapun kini
berdua bersanding layaknya pengantin baru, untuk meraih tropi siswa teladan
putra dan putri.
Senyum yang indah terpancar dari bibir Ellisa yng tipis itu membuat
Agusto sebentar-sebentar melempar pandang pada gdis yang tinggi, berkulit kuning
langsat dan berambut sedang hingga bahu. Ditambah dengan harum parfum kazi feminin dari baju Ellisa,
mengukir keindahan tersendiri untuk hati
Agusto, yang lagi happy hari ini. Serasa kakinya tidak menyentuh tanah kini, hatinya
begitu dipenuhi wangi bunga selama berdampingan dengan Ellisa. Apalagi kini
mereka menjadi pusat perhatian seluruh yang hadir di aula sekolah ini.
“ Gus kalian berdua emang mirip raja dan ratu, nah gitu dong berdiri
lebih dekat lagi. Biar gambarnya jadinya bagus “ teriak Hendra sambil melangkah
surut untuk mengambil gambar pasangan ideal ini. Keduanyapun hanya tersenyum
tipis, sesekali Agustopun melempar pandang. Sedangkan Ellisapun hanya
membalasnya dengan senyum menawan dan tidak pernah melepaskan gayanya yang
fotogenik.
Kini Agustopun tidak segan lagi
untuk menawarkan diri mengantar Ellisa pulang. Meski dia tahu Ellisa tentunya
akan keberatan membonceng sepeda motornya yang sudah agak gaek. Sementara itu
Ellisa tiap hari diantar jemput dengan mobil gedongan.
“ Lu kan bisa telepon sopir lu
agar dia nggak usah jemput lu. Sekali kali aku
ingin tahu rumahmu “
“ Ntar aku telepon driver papiku dulu. Sabar ya. Kok tumben lu ngebet mau
ngantar gua, ono po jal ! “ seru Ellisa yang nggak tahu entah karena apa hari
ini kelihatan ganjen bener.
“ Ah, , , nggak apa apa “ . Agusta menjawabnya dengan senyuman tipis
terurai di wajahnya. Emang kalau cowok ini pemalunya minta ampun. Klo soal wajah semua temen ceweknya mengakui,
layaknya actor ganteng pemain sinetron. Tapi kalau soal pemalu nggak ada duanya
juga.
Namun meski demikian Ellisa
adalah termasuk cewek yang pinter menilai cowok. Dasar Ellisa adalah cewek
gaul, maka jumpa dengan cowok kaya Agusta dia nggak canggung. Dia seenaknya aja
ceplas-ceplos, karena Ellisapun tahu
meski Agusta adalah cowok dari kalangan keluarga yang biasa-biasa, namun
dari dalam diri cowok ini ada banyak kelebihan.Dan inipun sudah lama Ellisa
ketahui. Tapi karena Ellisa kala itu nggak ada perlunya maka dia cuek aja dengan
cowok pemalu ini.
“Eh kenapa bengong, emang
rumahku banyak hantunya ?, Ayo dong masuk !. Mam ini lho Mas Agus main ke sini
. Keluar dong mam, kenalkan temenku “ pinta Ellisa.
Kini mamanya Ellisa sudah
berada di ruang tamu, duduk bersebrangan dengan Agusta, di sofa berkulit bulu
warna hijau. Persis di tengah ruang tamu yang besar dan mewah. Wajahnya tak
jauh berbeda dengan Ellisa, meskipun usianya telah menginjak setengah baya,
namun wajahnya tetap kelihatan masih ayu dan lembut, Berbeda dengan Ellisa yang
suka berang. Tegas dan ceplas-ceplos.
“ Oh ini to yang namanya Agusta. Kamu yang siswa teladan itu ya
mas ?.
“ Betul tante, tahu dari mana ?“
jawab Agusta dengan sikap yang malu-malu dan merendah.
“ Tadi Lis sms, selamat ya. Oke
silakan diminum jus jeruknya, tante tak kebelakang dulu, masih banyak pekerjaan
dapur. Lis kalau mau makan silakan kalian berdua langsung aja ke dapur “.
Kini merekapun hanya berdua
duduk di ruang tamu. Suasana romantispun menjadi milik mereka berdua.
Sebentar-sebenta mereka berdua diam seribu bahasa, kadang pula salah satu dari
mereka mencoba memecahkan kebisuan, dengan melontarkan bahan cerita yang
sebenarnya nggak perlu.
Sebenarnya ada apa, tidak biasanya aku bersikap
seperti ini. Mulutku terasa terkunci, aku merasakan melayang jauh tinggi ke
tempat yang aku sendiri tidak tahu. Apa lntaran aku duduk berdua dengan Ellisa.
Kenapa sebelumnya sikapku nggap seperti ini, padahal aku sering ngobrol
bersamanya. Dulu sikap dia seperti mayat hidup yang berparas ayu, kini wajah
itu memerah dan romantis, demikian bisik hati Agusta.
“ Lis ini dah
siang, aku pulang dulu ya “ seru Agusta.
“ He..eh, makan dulu to mas, mami kan udah nyiapan makan, Ayo dong ms jangan
malu “
“ Lain kali aja Lis, aku. ..nggak tahu ah..”. Jawab Agusta dengan sikap canggung
yang kentara sekali. Menghadapi sikap temannya itu, Ellisapun memaklumi, karena
sikap seperti ini adalah sikap bawaan Agusta. Bersalahlkah dia dengan
kesemuanya ini, Justru sikap inilah yang menjadikan Agusta berbeda dengan cowok
lainnya, dan berhasil meruntuhkan kebekuan hatinya. Setelah sekian lama tiada
satupun cowok yang bisa meruntuhkan kedinginan hatinya itu.
_______________ooo_____________
“ Ndra, tolong dong! , aku harus bagaimana “ . Tak lama setelah
Agusta duduk di teras rumah Hendra sahabatnya untuk curhat, kata-kata itu
muncul begitu saja.
“ Harus bagaimana apaan ?. Emangnya lu lagi bentrok ama bapak lu “. Seru
Hendra penasaran
“ Nggak gitu, Ndra. Itu tuh tentang Ellisa, aku harus gimana “
“ Ya nggak gimana-gimana to friend !, diakan ratumu
dan kau adalah sang pangeran. Ngapain susah amat, sih !. Kalau dia milikmu,
nggak usah pakai susah-susah friend ! “ .
“Ah….Lu emang susah diajak curhat “ teriak Agusta yang jadi kesel pada
Hendra.
“OK. . Deh aku tak ndengerin, curhat Lu, cobadeh lu crita. Please “
“Aku kemarin nganter Ellisa pulang ke rumah “. Tutur
Agusta dengan sikap malu-malu dan sejenak terdiam.
“Bagus dong, Gus !. Terus gimana “
“Aku lama ngobrol berdua aja dengan Ellisa, tapi aku
tak bisa ngomong, jantungku berdegup keras, memandanginya aja nggak berani. Lantas aku harus gimana “
“ Ini pertanda lu naksir
dia, lho sikapnya dia gimana. Apa dia happy atau salah tingkah diantar pulang
lu atau gimana ? “ tanya Hendra pada temanya ini yang kelihatan lagi salah
tingkah nggak seperti biasanya.
“Ellisapun juga sama, nggak
seperti biasanya dia ngobrol sama aku lepas dan ceplas-ceplos, tapi kali ini
dia banyak diam. Hanya wajahnya aja yang kelihatan malu-malu “
“ Terus sebelum pulang lu buat janji apa ama
dia
“ Nggak sih,
boro-boro janji, ngomong aja aku susah. Tapi Ndra. Semalam aku nggak bisa tidur
penginya cuma bertemu dia terus “
“ Kalau gitu, ya kalian
berdua sama-sama naksir, Gus !. Lu yang lincah
dong, jangan malu-malu. Nggak mungkin Ellisa yang lincah. Lu kan cowok,
mestinya harus pandai-pandai buat acara. Eh Gus, kalau lu nggak lincah, keburu
digaet Rio, aku dengar dia lagi pdkt ama cewek lu “
“Tapi aku yakin, Ellisa nggak
bakalan mau “
“Itulah Gus kelebihan lu, aku
liatain Ellisa selalu ceria di samping lu. Nggak seperti biasanya, kayanya lu
adalah cowok pujaannya. Sikap Ellisa akhir-akhir ini berbeda dengan
dulu-dulunya.
“Lho lu kok tahu “
“ Lho dia dulu adik kelasku di
smp, jadi aku tahu betul. Eh Gus. .dia waktu di smp juga menjadi cewek pujaan
bagi cowok-cowok. Jangan lu lepas begitu saja. Dia bukan
hanya caem lho Gus, tapi cuakepnya kaya artis sinetron. Lu kemarin nganterin
dia pake apa “
“ Ya tak boncengin pakai motorku “
“Ah. . Yang bener Gus, apa
dia mau “
“Bener Ndra dia mau !, tadinya kan aku cuma basa-basi,
tapi dia mau beneran. Ya udah pakai motor bututku tak anterin “
“Gila lu Gus, anak gedongan
lu boncengin motor gaek. Udah nunggu apa
lagi, aku yakin dia naksir lu juga. Eh Gus, aku liatin sudah seabreg cowok
gedongan yang naksir dia juga. Beruntung lu nggak pake susah-susah dia mau ama
lu “
“Lantas aku harus bagaimana ?. Aku jadi salah
tingkah ngadepin cewek ini, Nggak seperti biasanya aku punya temen yang beda ama lainnya, Ndra “
“Sementara lu aktifin dia di
kegiatan osis aja. Nantinya lu kan biasa berdua ama dia terus. Jadi nantinya lu
nggak canggung lagi. Masa siswa teladan takut ama cewek ”
“Biasanya juga aku nggak takut,
Ndra !, tapi ngadepin dia aku jadi grogi. Oh bidadariku. . . “ seru Agusta
sambil berusaha tetap happy, kayanya advisenya Hendra bisa jadi obat hatinya.
“Tapi hati-hati lho, Gus “
“Hati-hati, apaan “
“Yang bikin Ellisa dingin
seperti mayat hidup, adalah sikap papinya yang minta ampun galaknya. Wajar aja
kalau banyak cowok yang pdkt jadi mundur
teratur “
“ Galak gimana, Ndra”
“Bapaknya Ellisa itu orang sukses, maka dia menuntut
anak-anaknya harus seperti dia “
“ Lho gua kan
cuma teman Ellisa “
“ Klo lu Cuma temen ngapain
pakai kangen segala, ngapain lu semalam nggak bisa tidur. Hai sobat !, papinya Ellisa bukan orang bego, tau nggak !. Yang penting
lu harus siap mental kalau ketemu papi doimu itu. Understood ? “
“ Kok jadi gitu, Ndra !, udah deh gua tak modal optimis aja Ndra, yang
penting aku berteman dengan Ellisa maksudku baik “
Agusta kembali memiliki
kekuatan hatinya. Meski dia tidak punya rencana apa bila kepergok papinya
Ellisa nantinya. Apapun
Yang ada di dalam hatinya,
hanyalah semata ingin berteman dengan Ellisa. Kalau toh lebih dari itu, kenapa
harus pakai ngacir, ngadepi papinya Ellisa. Toh sekeras apaun ortunya Ellisa,
pastilah akan bisa menerimanya, bila Agusta mampu menghadapi ortunya itu dengan
sikap dewasa, tanggung-jawab dan jujur.
Kapan gua ketemu papinya
Ellisa, tapi gue juga belum siap. Ntar bisa berabe klo aku ketemu dia. Aku
nggak mau bersikap pengecut. Tapi masalahnya lain lagi bila papinya hanya
mengijinkan Ellisa berteman dengan cowok gedongan. Kalau seperti itu, gua nggak
bisa berbuat apapun. Tinggal Ellisa sendiri bersikap bagaimana. Seandainya Ellisa hanya
menuruti kemauan papinya itu, ya itulah kehidupan. Demikian bisik hati Agusta
yang terus mengalir tiada pernah berhenti.
Keduanya kini kembali aktif di
setiap kegiatan sekolah, mereka berdua memang telah melupakan perbedaan antar mereka. Karena mereka hanyalah remaja yang hanya
sekedarkan ingin menghadirkan suasana romantis di kehidupan mereka. Saling
memberi dan melampiaskan curhat, saling bermanja dan memberi ataupun mencari
perhatian satu sama lain.
“ Mas Agus, udah siang kita langsung balik
aja “ pinta Ellisa kepada cowok ganteng itu, sambil tangannya bergayut di
pundak Agusta. Agusta hanya mengangguk kecil dan mereka berduapun meninggalkan
ramenya kompitisi Kejuaraan Footsal antar sma se Kodya Semarang,
”Ngapain lu buru-buru pulang Lis, padahal
permainan footsal lagi asyik-asyiknya ” tanya Agusta di tengah perjalanan
mereka pulang.
”
Lu, kecewa, Mas ! ”
” Ah, nggak, Cuma ingin
nanya doang, ada acara apa di rumah ? ”
” Rencananya papi hari ini
pulang, aku dah kangen ingin segera ngobrol ”
” Kok lu nggak ngomong sih,
kalau lu tadi pagi ngomong, kita nggak usah lihat footsal. Kita nunggu bareng
kedatangan papimu di rumah,
” Apa lu berani ketemu
papiku, Mas ! “
“ Kenapa takut ?. Aku nggak pernah punya niat
jahat terhadap lu kan ?”
” Bukan itu maksudku, Mas. Papi
memang hidup hanya untuk harta Mas. Segala sesuatu di lihat dari sudut pandang
uang. Termasuk dalam mendidik anak-anaknya juga dia sangat keras, semata –
semata agar anak-anaknya berhasil seperti dia”
” Tapi lu kan berhasil
membuktkan sama papimu, nyatanya lu bisa jadi siswi teladan ”
” Ya Mas, tapi bukan itu saja
yang diharapkan papi, nantinya papipun minta agar semua anak-anaknyapun
mendapatkan pendamping hidup yang sukses, Papi nggak mau anak-anaknya menjadi
terlantar karena penderitaan hidup. Sebaiknya Mas Agusta jangan ketemu papiku
dulu ”
” Kok nggak boleh ketemu papimu
?, apa AKU nggak boleh punya hak untuk menemui papi dari orang yang paling aku
sayangi ?. Ayo dong Lis, nggak usah takut dengan resiko apapun ” jawab Agusta
dengan nada yang meyakinkan.
” Aku takut Mas
Agus akan sakit hati dengan sikap papiku, Dan maaf Mas,biasanya kan Mas Agus suka
pemalu dan canggung. Lantas bagaimana papiku menilai mas nanti ? ”
” Tentang sikap papimu nggak
usah lu pikir, yang aku butuhkan hanya hatimu. Bila engkau mau melangkah bersamaku, menggapai masa depan, itu sudah
cukup untuku ” tutur Agusta.
Ellisapun hanya terdiam dan
menundukan kapalanya, namun bibir yang tipis dan menawan itu masih memberikan
senyum bahagia kepada cowok yang paling dicintainya. Sebuah senyuman yang
menggambarkan kebahagian dan keteduhan hatinya berada disamping cowok yang
berhasil meruntuhkan hatinya. Ellisapun merapatkan duduknya disamping Agusta
yang sibuk memegang stir mobil.
_________oooo___________
Ellisa sontak berteriak
kegirangan seraya berlari kecil menuju papinya, yang emang udah lama
menunggunya. Keduanya lantas berpelukan mirip adegan sinetron. Rasa kangen
antara keduanya memang langsung dilampiaskan dengan peluk manja antara bapak
dan anaknya yang paling dimanja.
Agustapun segera mendekat
mereka yang lagi kangen-kangenan, kentara dari sikap mereka, bahwa papi Ellisa
sangat menyayangi putri bungsunya itu, demikian juga sebaliknya. Maka wajar
saja, bila sikap papinya Ellisa sangatmemperhatikan Ellisa dalam segalanya,
termasuk juga bersikap hati-hati terhadap temen-temen Ellisa.
” Oh silakan duduk, ini temanya
Ellisa, ya ? ” seru Pak William Laksono bapaknya Ellisa yang segera mengulurkan
tangannya untukmemperkenalkan diripada Agusta. Karuan saja Agusta segera
Menyambutnya dengan
membungkukan badan pada lelaki separoh baya, tapi masih kelihatan ganteng
dengan kumis melintang di atas bibirnya. Apalagi dengan hem yang bercorak garis dan gaul. Nampak sama sekali tidak
terlihat angker, namun bersahaja dan lembut. Tidak sesuai dengan yang
dibayangkan Agusta sebelumnya.
” Betul Om, aku Agusta temannya
Ellisa ”
” Ellisa,temenmu dibuatin minum
dong,Kamu tinggal di mana Gus ? ” .
” Saya tinggal di Seroja, Om !
”
” Bapakmu kerja di mana ?, apa
pengusaha ? ”
” Nggak Om, bapak hanya kerja
di bengkel di kawasan LIK ”
” Lantas bagaimana nanti
bapakmu membiayai kuliah kamu ” tanya Om William yang langsung menanyakan pada inti
permasalahan. Agustapun menyadarinya, karena dia memaklumi sikap seorang ayah
yang sangat mengkhawatirkan masa depan putri kesayangannya.
” Aku berhasil lulus masuk Undip
dengan program khusus Om, lagian aku mendapat program bea siswa dari Undip.
Sehingga bisa meringankan biaya kuliah Om ”
”Oh...sungguh pandai lho, kamu Gus !. OK deh
belajar yang tekun ya Gus. Sekarang jaman
serba susah, tapi lain lagi bila kita pandai, itu akan sedikit menolong
kehidupan kita ”
”Iya Om, terimakasih
nasehatnya. Sama seperti bapak juga menasehati seperti itu. Dan hingga kini aku
tetap ingat nasehat bapak ”
” Bagus, itu namanya anak yang
baik. Kamu kenal Ellisa dah lama ? ”
” Belum Om, baru saja saat
Ellisa masih di kelas sebelas ”
” Boleh kamu berteman dengan
anaku, asal jangan seperti anak gaul yang kebablasan seperti anak sekarang.
Kamu nggak boleh macam-macam dengan anaku ”
” Oh nggak . Om!. Saya adalah
dari keluarga yang tidak mampu Om. Maka dalam segala hal, aku harus
berhati-hati. Bila saya bertindak gegabah maka kasihan bapak-ibu ” jawab Agusta
dengan lantang. Sama sekali tidak terlihat rasa canggung atau minder dari cowok
ganteng ini. Hal ini menambah rasa kagum dalam diri Ellisa.
Meliahat situasi yang demikian
Tante Rima, maminya Ellisapun Cuma tersenyum senyum kecil, berbeda dengan
Ellisa yang hanya duduk dengan wajah yang ditundukan.
” Oh ya, kamu mau kuliah di
Undip mengambil jurusan apa ? ”
” Jurusan sipil, karena yang
paling aku sukai Om ? ”
” Bagus semoga kamu berhasil,
yang tekun belajar ya Gus ! ”
” Baik Om ”
”Om denger dari putra temen Om,
yang satu sekolah denganmu. Kamu banyak yang naksir ya ! ” tanya Om William.
”Ah nggak tahu Om, itu cuma
pendapat mereka. Yang jelas saya dipercaya temen-temen untuk menjadi ketua
osis. Sehingga tiap hari banyak dekat dengan mereka ”.
”Tapi banyak yang naksir kamu
kan ? ”
”Persisnya aku nggak tahu.
Kadang mereka sering ke rumah. Namun selalu saya
anggap temen biasa, temen untuk urusan organisasi ”
”Ntar kamu bosan dengan Ellisa
kalau lu nantinya banyak dekat cewek ca”em”
”Tapi aku baru kenal cewek yang
cuakep hatinya Om, kalau cakep wajahnya sering aku menemukan. Seperti yang
dinasehatkan bapak dan ibu, untuk tidak sembarangan bergaul dengan cewek, meski
cukup banyak yang deket dengan aku, Om ! ”.
Om William tidak mampu lagi
meneruskan obrolanya itu, yang ada di hatinya kini hanyalah rasa kagum terhadap
cowok yang ada dihadapnya. Mungkin dalam hatinya mulai timbul rasa percaya
dengan kejujuran cowok
Ini. Kehati-hatian dirinya dengan
semua temen dekatnya Ellisa
Memang cukup beralasan, karena Ellisa putri
bungsunya adalah segala-galanya bagi dia.
” Om tak istirahat dulu ya,
karena semalam rapat proyek di Jakarta sampai larut. Pagi-pagi tadi Om sudah di
bandara mengejar pesawat ke Semarang yang paling pagi, karena kangen dengan
Ellisa. Ayo silakan di minum ”
Ternyata sikap papinya Ellisa
biasa saja, layaknya seorang bapak yang ingin melindungi putrinya. Agustapun
hampir tak percaya dengan dirinya sendiri atas keberaniannya itu, berbeda
dengan bayangan kengerian sebelumnya menghadapi bapaknya Ellisa.
Namun itu semua ia lakukan demi
tetap dekat dengan cewek pujaan hatinya, yang kini duduk di sebelahnya. Dan
merekapun kini saling pandang. Sebuah ucapan kecil terdengar dari mulut Agusta.
” Lis, kamu cuakep bener. Aku
sayang ama kamu ” . Ellisapun hanya memandangi Agusta, dan tak lama kemudian
dia hanya menundukan wajahnya. Sangat berbeda jauh dengan Ellisa dulu. Ellisa
sekarang adalah Ellisa yang penuh dengan kesejukan dan dambaan hati Agusta.
_____________ooo_________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar