Kamis, 01 November 2012

Cinta Emangnya Berani...



Penuh ketidaktahuan kini   dirasakan oleh  cowok yang satu ini,  Agusta demikian    fans–fansnya yang seabreg memanggilnya demikian , getar hatinya merambat sangat kuat hingga keseluruh tubuhnya.  Entah dalam jantung hatinya ada perasaan aneh, hingga terus menggrogoti dirinya, terlebih lebih bila malam telah larut.                                                                                            
Terasa hanya dia dan malam saja yang saling membisu sepi, semakin malam larut semakin tertusuk jantungnya dengan keegoan malam ini. Apa lantaran dia mulai menambatkan hatinya pada Ellisa siswi baru, kala dia mengenal cewek ini pada acara Opsek siswa baru di sekolahnya. Toh perkenalannya hanya sepintas saja karena dia sendiri kala itu, sibuk sebagai ketua panitia opsek.                           
Setelah itu, pertemuannya antara Ellisa hanya sebatas ketemu di sekolah, kala kebetulan bareng di acara rapat osis. Sikapnya hanya biasa, tidak ada pandangan mata mereka berdua yang memiliki arti. Apalagi dari sikap Ellisa yang kaya mayat hidup aja. Sama sekali tidak ada desiran hati yang aneh dalam diri Agusto.                                        
Waktu berjalan terus tanpa ada yang mampu menghentikan, Agustopun larut dengan seabreg tugas – tugas guru dan ulangan. Belum lagi aktifitas midsemester. Sangat menyita waktunya untuk belajar, agar dia bisa mendapatkan nilai maksimum.
Namun pertemuan antar mereka memang harus  berlanjut. Kala sekolah mengadakan kegiatan classmeeting, usai ulangan umum semester genap kemarin.
Ellisapun aktif di kepanitiaan classmeeting tadi, yang kebetulan diketuai oleh Agusta. Sehingga hampir tiap hari mereka berdua saling dekat. Saat itupun hati mereka berduapun tetap dungin, nggak punya geter apa –apa. Ellisapun tetap bermanja-manja dengan dia kalau ada maunya saja.
Menanggapi perilaku Ellisa ini, Agustopun memaklumi karena bagaimanapun juga Ellisa dalah cewek teenager yang masih lugu dan polos. Sebaliknya kalau Ellisa lagi nggak butuh pertolongannya, berubahlah Ellisa menjadi sosok yang dingin dan membisu seribu bahasa, layaknya mayat hidup.
Namun demikian juga Agusto tak pernah menghirukan Ellisa. Bagi Agusto Ellisa adalah cewek yang tidak begitu istimewa, lantaran menurutnya masih banyak cewek – cewk di sekolahnya yang segalanya lebih baik ketimbang Ellisa. Toh ada satu dua cewek seangkatannya yang sempat hadir di hati Agsto, namun Agustopun tak tahu, harus darimana dia akan memulainya.
Waktu terus menggeliat tiada satupun yang mampu menghentikannya, tibalah saat pembaagian rapot akhir tahun sekaligus pengumuman kenaikan kelas. Sudah barang tentu baik Agusto maupun Ellisa termasuk siswa yang tidak bermasalah, aktifis osis dan santun kepada semua guru. Sehingga wajar saja bila mereka kini meraih siswa teladan di sekolahnya. Tepuk tangan yang hingar bingar dari simpatisan baik guru maupun siwa memenuhi aula sekolah mereka. Merekapun kini berdua bersanding layaknya pengantin baru, untuk meraih tropi siswa teladan putra dan putri.
Senyum yang indah terpancar dari bibir Ellisa yng tipis itu membuat Agusto sebentar-sebentar melempar pandang pada gdis yang tinggi, berkulit kuning langsat dan berambut sedang hingga bahu. Ditambah dengan harum parfum kazi feminin dari baju Ellisa, mengukir keindahan tersendiri untuk  hati Agusto, yang lagi happy hari ini. Serasa kakinya tidak menyentuh tanah kini, hatinya begitu dipenuhi wangi bunga selama berdampingan dengan Ellisa. Apalagi kini mereka menjadi pusat perhatian seluruh yang hadir di aula sekolah ini.
“ Gus kalian berdua emang mirip raja dan ratu, nah gitu dong berdiri lebih dekat lagi. Biar gambarnya jadinya bagus “ teriak Hendra sambil melangkah surut untuk mengambil gambar pasangan ideal ini. Keduanyapun hanya tersenyum tipis, sesekali Agustopun melempar pandang. Sedangkan Ellisapun hanya membalasnya dengan senyum menawan dan tidak pernah melepaskan gayanya yang fotogenik.
Kini Agustopun tidak segan lagi untuk menawarkan diri mengantar Ellisa pulang. Meski dia tahu Ellisa tentunya akan keberatan membonceng sepeda motornya yang sudah agak gaek. Sementara itu Ellisa tiap hari diantar jemput dengan mobil gedongan.
“ Lu kan bisa telepon sopir lu agar dia nggak usah jemput lu. Sekali kali aku ingin tahu rumahmu “
“ Ntar aku telepon driver papiku dulu. Sabar ya. Kok tumben lu ngebet mau ngantar gua, ono po jal ! “ seru Ellisa yang nggak tahu entah karena apa hari ini kelihatan ganjen bener.
“ Ah, , , nggak apa apa “ . Agusta menjawabnya dengan senyuman tipis terurai di wajahnya. Emang kalau cowok ini pemalunya minta ampun.  Klo soal wajah semua temen ceweknya mengakui, layaknya actor ganteng pemain sinetron. Tapi kalau soal pemalu nggak ada duanya juga.
Namun meski demikian Ellisa adalah termasuk cewek yang pinter menilai cowok. Dasar Ellisa adalah cewek gaul, maka jumpa dengan cowok kaya Agusta dia nggak canggung. Dia seenaknya aja ceplas-ceplos, karena Ellisapun tahu  meski Agusta adalah cowok dari kalangan keluarga yang biasa-biasa, namun dari dalam diri cowok ini ada banyak kelebihan.Dan inipun sudah lama Ellisa ketahui. Tapi karena Ellisa kala itu nggak ada perlunya maka dia cuek aja dengan cowok pemalu ini.
“Eh kenapa bengong, emang rumahku banyak hantunya ?, Ayo dong masuk !. Mam ini lho Mas Agus main ke sini . Keluar dong mam, kenalkan temenku “ pinta Ellisa.
Kini mamanya Ellisa sudah berada di ruang tamu, duduk bersebrangan dengan Agusta, di sofa berkulit bulu warna hijau. Persis di tengah ruang tamu yang besar dan mewah. Wajahnya tak jauh berbeda dengan Ellisa, meskipun usianya telah menginjak setengah baya, namun wajahnya tetap kelihatan masih ayu dan lembut, Berbeda dengan Ellisa yang suka berang. Tegas dan ceplas-ceplos.
“ Oh ini to yang namanya Agusta. Kamu yang siswa teladan itu ya mas ?.
“ Betul tante, tahu dari mana ?“ jawab Agusta dengan sikap yang malu-malu dan merendah.
“ Tadi Lis sms, selamat ya. Oke silakan diminum jus jeruknya, tante tak kebelakang dulu, masih banyak pekerjaan dapur. Lis kalau mau makan silakan kalian berdua langsung aja ke dapur “.
Kini merekapun hanya berdua duduk di ruang tamu. Suasana romantispun menjadi milik mereka berdua. Sebentar-sebenta mereka berdua diam seribu bahasa, kadang pula salah satu dari mereka mencoba memecahkan kebisuan, dengan melontarkan bahan cerita yang sebenarnya nggak perlu.
Sebenarnya ada apa, tidak biasanya aku bersikap seperti ini. Mulutku terasa terkunci, aku merasakan melayang jauh tinggi ke tempat yang aku sendiri tidak tahu. Apa lntaran aku duduk berdua dengan Ellisa. Kenapa sebelumnya sikapku nggap seperti ini, padahal aku sering ngobrol bersamanya. Dulu sikap dia seperti mayat hidup yang berparas ayu, kini wajah itu memerah dan romantis, demikian bisik hati Agusta.
 “ Lis ini dah siang, aku pulang dulu ya “ seru Agusta.
“ He..eh, makan dulu to mas, mami kan udah nyiapan makan, Ayo dong ms jangan malu “    
“ Lain kali aja Lis, aku. ..nggak tahu ah..”. Jawab Agusta dengan sikap canggung yang kentara sekali. Menghadapi sikap temannya itu, Ellisapun memaklumi, karena sikap seperti ini adalah sikap bawaan Agusta. Bersalahlkah dia dengan kesemuanya ini, Justru sikap inilah yang menjadikan Agusta berbeda dengan cowok lainnya, dan berhasil meruntuhkan kebekuan hatinya. Setelah sekian lama tiada satupun cowok yang bisa meruntuhkan kedinginan hatinya itu.
_______________ooo_____________
 “ Ndra, tolong dong! ,  aku harus bagaimana “ . Tak lama setelah Agusta duduk di teras rumah Hendra sahabatnya untuk curhat, kata-kata itu muncul begitu saja.
Harus bagaimana apaan ?. Emangnya lu lagi bentrok ama bapak lu “. Seru Hendra penasaran
“ Nggak gitu, Ndra. Itu tuh tentang Ellisa, aku harus gimana “
“ Ya nggak gimana-gimana to friend !, diakan ratumu dan kau adalah sang pangeran. Ngapain susah amat, sih !. Kalau dia milikmu, nggak usah pakai susah-susah friend ! “ .
“Ah….Lu emang susah diajak curhat “ teriak Agusta yang jadi kesel pada Hendra.
“OK. . Deh aku tak ndengerin, curhat Lu, cobadeh lu crita. Please “
“Aku kemarin nganter Ellisa pulang ke rumah “. Tutur Agusta dengan sikap malu-malu dan sejenak terdiam.
“Bagus dong, Gus !. Terus gimana “
“Aku lama ngobrol berdua aja dengan Ellisa, tapi aku tak bisa ngomong, jantungku berdegup keras, memandanginya aja nggak berani. Lantas aku harus gimana “
“ Ini pertanda lu naksir dia, lho sikapnya dia gimana. Apa dia happy atau salah tingkah diantar pulang lu atau gimana ? “ tanya Hendra pada temanya ini yang kelihatan lagi salah tingkah nggak seperti biasanya.
“Ellisapun juga sama, nggak seperti biasanya dia ngobrol sama aku lepas dan ceplas-ceplos, tapi kali ini dia banyak diam. Hanya wajahnya aja yang kelihatan malu-malu “
 “ Terus sebelum pulang lu buat janji apa ama dia
“ Nggak sih, boro-boro janji, ngomong aja aku susah. Tapi Ndra. Semalam aku nggak bisa tidur penginya cuma bertemu dia terus “
“ Kalau gitu, ya kalian berdua sama-sama naksir, Gus !. Lu yang lincah dong, jangan malu-malu. Nggak mungkin Ellisa yang lincah. Lu kan cowok, mestinya harus pandai-pandai buat acara. Eh Gus, kalau lu nggak lincah, keburu digaet Rio, aku dengar dia lagi pdkt ama cewek lu “
“Tapi aku yakin, Ellisa nggak bakalan mau “
“Itulah Gus kelebihan lu, aku liatain Ellisa selalu ceria di samping lu. Nggak seperti biasanya, kayanya lu adalah cowok pujaannya. Sikap Ellisa akhir-akhir ini berbeda dengan dulu-dulunya.
“Lho lu kok tahu “
“ Lho dia dulu adik kelasku di smp, jadi aku tahu betul. Eh Gus. .dia waktu di smp juga menjadi cewek pujaan bagi cowok-cowok. Jangan lu lepas begitu saja. Dia bukan hanya caem lho Gus, tapi cuakepnya kaya artis sinetron. Lu kemarin nganterin dia pake apa “
“ Ya tak boncengin pakai motorku “
“Ah. . Yang bener Gus, apa dia mau “
“Bener Ndra  dia mau !, tadinya kan aku cuma basa-basi, tapi dia mau beneran. Ya udah pakai motor bututku tak anterin 
“Gila lu Gus, anak gedongan lu  boncengin motor gaek. Udah nunggu apa lagi, aku yakin dia naksir lu juga. Eh Gus, aku liatin sudah seabreg cowok gedongan yang naksir dia juga. Beruntung lu nggak pake susah-susah dia mau ama lu “
 “Lantas aku harus bagaimana ?. Aku jadi salah tingkah ngadepin cewek ini, Nggak seperti biasanya aku punya temen yang  beda ama lainnya, Ndra “
“Sementara lu aktifin dia di kegiatan osis aja. Nantinya lu kan biasa berdua ama dia terus. Jadi nantinya lu nggak canggung lagi. Masa siswa teladan takut ama cewek ”
“Biasanya juga aku nggak takut, Ndra !, tapi ngadepin dia aku jadi grogi. Oh bidadariku. . . “ seru Agusta sambil berusaha tetap happy, kayanya advisenya Hendra bisa jadi obat hatinya.
“Tapi hati-hati lho, Gus “
“Hati-hati, apaan “
“Yang bikin Ellisa dingin seperti mayat hidup, adalah sikap papinya yang minta ampun galaknya. Wajar aja kalau banyak cowok yang pdkt jadi mundur teratur 
“ Galak gimana, Ndra”
“Bapaknya Ellisa itu orang sukses, maka dia menuntut anak-anaknya harus seperti dia “
“ Lho gua kan cuma teman Ellisa “
“ Klo lu Cuma temen ngapain pakai kangen segala, ngapain lu semalam nggak bisa tidur. Hai sobat !, papinya Ellisa bukan orang bego, tau nggak !. Yang penting lu harus siap mental kalau ketemu papi doimu itu. Understood ? “
“ Kok jadi gitu, Ndra !, udah deh gua tak modal optimis aja Ndra, yang penting aku berteman dengan Ellisa maksudku baik “
Agusta kembali memiliki kekuatan hatinya. Meski dia tidak punya rencana apa bila kepergok papinya Ellisa nantinya. Apapun
Yang ada di dalam hatinya, hanyalah semata ingin berteman dengan Ellisa. Kalau toh lebih dari itu, kenapa harus pakai ngacir, ngadepi papinya Ellisa. Toh sekeras apaun ortunya Ellisa, pastilah akan bisa menerimanya, bila Agusta mampu menghadapi ortunya itu dengan sikap dewasa, tanggung-jawab dan jujur.
Kapan gua ketemu papinya Ellisa, tapi gue juga belum siap. Ntar bisa berabe klo aku ketemu dia. Aku nggak mau bersikap pengecut. Tapi masalahnya lain lagi bila papinya hanya mengijinkan Ellisa berteman dengan cowok gedongan. Kalau seperti itu, gua nggak bisa berbuat apapun. Tinggal Ellisa sendiri bersikap bagaimana. Seandainya Ellisa hanya menuruti kemauan papinya itu, ya itulah kehidupan. Demikian bisik hati Agusta yang terus mengalir tiada pernah berhenti.
Keduanya kini kembali aktif di setiap kegiatan sekolah, mereka berdua memang telah melupakan  perbedaan antar mereka. Karena mereka hanyalah remaja yang hanya sekedarkan ingin menghadirkan suasana romantis di kehidupan mereka. Saling memberi dan melampiaskan curhat, saling bermanja dan memberi ataupun mencari perhatian satu sama lain.
    “ Mas Agus, udah siang kita langsung balik aja “ pinta Ellisa kepada cowok ganteng itu, sambil tangannya bergayut di pundak Agusta. Agusta hanya mengangguk kecil dan mereka berduapun meninggalkan ramenya kompitisi Kejuaraan Footsal antar sma se Kodya Semarang,
       ”Ngapain lu buru-buru pulang Lis, padahal permainan footsal lagi asyik-asyiknya ” tanya Agusta di tengah perjalanan mereka pulang.
      ” Lu, kecewa, Mas ! ”
” Ah, nggak, Cuma ingin nanya doang, ada acara apa di rumah ? ”
” Rencananya papi hari ini pulang, aku dah kangen ingin segera ngobrol ”
” Kok lu nggak ngomong sih, kalau lu tadi pagi ngomong, kita nggak usah lihat footsal. Kita nunggu bareng kedatangan papimu di rumah,
” Apa lu berani ketemu papiku, Mas ! “
“ Kenapa takut ?. Aku nggak pernah punya niat jahat terhadap lu kan ?”
” Bukan itu maksudku, Mas. Papi memang hidup hanya untuk harta Mas. Segala sesuatu di lihat dari sudut pandang uang. Termasuk dalam mendidik anak-anaknya juga dia sangat keras, semata – semata agar anak-anaknya berhasil seperti dia”
” Tapi lu kan berhasil membuktkan sama papimu, nyatanya lu bisa jadi siswi teladan ”
” Ya Mas, tapi bukan itu saja yang diharapkan papi, nantinya papipun minta agar semua anak-anaknyapun mendapatkan pendamping hidup yang sukses, Papi nggak mau anak-anaknya menjadi terlantar karena penderitaan hidup. Sebaiknya Mas Agusta jangan ketemu papiku dulu ”
” Kok nggak boleh ketemu papimu ?, apa AKU nggak boleh punya hak untuk menemui papi dari orang yang paling aku sayangi ?. Ayo dong Lis, nggak usah takut dengan resiko apapun ” jawab Agusta dengan nada yang meyakinkan.
” Aku takut Mas Agus akan sakit hati dengan sikap papiku, Dan maaf Mas,biasanya kan Mas Agus suka pemalu dan canggung. Lantas bagaimana papiku menilai mas nanti ? ”
” Tentang sikap papimu nggak usah lu pikir, yang aku butuhkan hanya hatimu. Bila engkau mau melangkah bersamaku, menggapai masa depan, itu sudah cukup untuku ” tutur Agusta.
Ellisapun hanya terdiam dan menundukan kapalanya, namun bibir yang tipis dan menawan itu masih memberikan senyum bahagia kepada cowok yang paling dicintainya. Sebuah senyuman yang menggambarkan kebahagian dan keteduhan hatinya berada disamping cowok yang berhasil meruntuhkan hatinya. Ellisapun merapatkan duduknya disamping Agusta yang sibuk memegang stir mobil.
_________oooo___________     
Ellisa sontak berteriak kegirangan seraya berlari kecil menuju papinya, yang emang udah lama menunggunya. Keduanya lantas berpelukan mirip adegan sinetron. Rasa kangen antara keduanya memang langsung dilampiaskan dengan peluk manja antara bapak dan anaknya yang paling dimanja.
Agustapun segera mendekat mereka yang lagi kangen-kangenan, kentara dari sikap mereka, bahwa papi Ellisa sangat menyayangi putri bungsunya itu, demikian juga sebaliknya. Maka wajar saja, bila sikap papinya Ellisa sangatmemperhatikan Ellisa dalam segalanya, termasuk juga bersikap hati-hati terhadap temen-temen Ellisa.
” Oh silakan duduk, ini temanya Ellisa, ya ? ” seru Pak William Laksono bapaknya Ellisa yang segera mengulurkan tangannya untukmemperkenalkan diripada Agusta. Karuan saja Agusta segera
Menyambutnya dengan membungkukan badan pada lelaki separoh baya, tapi masih kelihatan ganteng dengan kumis melintang di atas bibirnya. Apalagi dengan hem yang bercorak garis dan gaul. Nampak sama sekali tidak terlihat angker, namun bersahaja dan lembut. Tidak sesuai dengan yang dibayangkan Agusta sebelumnya.
” Betul Om, aku Agusta temannya Ellisa ”
” Ellisa,temenmu dibuatin minum dong,Kamu tinggal di mana Gus ? ” .
” Saya tinggal di Seroja, Om ! ”
” Bapakmu kerja di mana ?, apa pengusaha ? ”
” Nggak Om, bapak hanya kerja di bengkel di kawasan LIK ”
” Lantas bagaimana nanti bapakmu membiayai kuliah kamu ” tanya Om William yang langsung menanyakan pada inti permasalahan. Agustapun menyadarinya, karena dia memaklumi sikap seorang ayah yang sangat mengkhawatirkan masa depan putri kesayangannya.
” Aku berhasil lulus masuk Undip dengan program khusus Om, lagian aku mendapat program bea siswa dari Undip. Sehingga bisa meringankan biaya kuliah Om ”
 ”Oh...sungguh pandai lho, kamu Gus !. OK deh belajar yang tekun ya Gus. Sekarang jaman serba susah, tapi lain lagi bila kita pandai, itu akan sedikit menolong kehidupan kita ”
”Iya Om, terimakasih nasehatnya. Sama seperti bapak juga menasehati seperti itu. Dan hingga kini aku tetap ingat nasehat bapak ”
” Bagus, itu namanya anak yang baik. Kamu kenal Ellisa dah lama ? ”
” Belum Om, baru saja saat Ellisa masih di kelas sebelas ”
” Boleh kamu berteman dengan anaku, asal jangan seperti anak gaul yang kebablasan seperti anak sekarang. Kamu nggak boleh macam-macam dengan anaku ”
” Oh nggak . Om!. Saya adalah dari keluarga yang tidak mampu Om. Maka dalam segala hal, aku harus berhati-hati. Bila saya bertindak gegabah maka kasihan bapak-ibu ” jawab Agusta dengan lantang. Sama sekali tidak terlihat rasa canggung atau minder dari cowok ganteng ini. Hal ini menambah rasa kagum dalam diri Ellisa.
Meliahat situasi yang demikian Tante Rima, maminya Ellisapun Cuma tersenyum senyum kecil, berbeda dengan Ellisa yang hanya duduk dengan wajah yang ditundukan.
” Oh ya, kamu mau kuliah di Undip mengambil jurusan apa ? ”
” Jurusan sipil, karena yang paling aku sukai Om ? ”
” Bagus semoga kamu berhasil, yang tekun belajar ya Gus ! ”
” Baik Om ”
”Om denger dari putra temen Om, yang satu sekolah denganmu. Kamu banyak yang naksir ya ! ” tanya Om William.
”Ah nggak tahu Om, itu cuma pendapat mereka. Yang jelas saya dipercaya temen-temen untuk menjadi ketua osis. Sehingga tiap hari banyak dekat dengan mereka ”.
”Tapi banyak yang naksir kamu kan ? ”
”Persisnya aku nggak tahu. Kadang mereka sering ke rumah. Namun selalu saya anggap temen biasa, temen untuk urusan organisasi ”
”Ntar kamu bosan dengan Ellisa kalau lu nantinya banyak dekat cewek ca”em”
”Tapi aku baru kenal cewek yang cuakep hatinya Om, kalau cakep wajahnya sering aku menemukan. Seperti yang dinasehatkan bapak dan ibu, untuk tidak sembarangan bergaul dengan cewek, meski cukup banyak yang deket dengan aku, Om ! ”.
Om William tidak mampu lagi meneruskan obrolanya itu, yang ada di hatinya kini hanyalah rasa kagum terhadap cowok yang ada dihadapnya. Mungkin dalam hatinya mulai timbul rasa percaya dengan kejujuran cowok
            Ini. Kehati-hatian dirinya dengan semua temen dekatnya Ellisa      
 Memang cukup beralasan, karena Ellisa putri bungsunya adalah segala-galanya bagi dia.
” Om tak istirahat dulu ya, karena semalam rapat proyek di Jakarta sampai larut. Pagi-pagi tadi Om sudah di bandara mengejar pesawat ke Semarang yang paling pagi, karena kangen dengan Ellisa. Ayo silakan di minum ”
Ternyata sikap papinya Ellisa biasa saja, layaknya seorang bapak yang ingin melindungi putrinya. Agustapun hampir tak percaya dengan dirinya sendiri atas keberaniannya itu, berbeda dengan bayangan kengerian sebelumnya menghadapi bapaknya Ellisa.


Namun itu semua ia lakukan demi tetap dekat dengan cewek pujaan hatinya, yang kini duduk di sebelahnya. Dan merekapun kini saling pandang. Sebuah ucapan kecil terdengar dari mulut Agusta.
” Lis, kamu cuakep bener. Aku sayang ama kamu ” . Ellisapun hanya memandangi Agusta, dan tak lama kemudian dia hanya menundukan wajahnya. Sangat berbeda jauh dengan Ellisa dulu. Ellisa sekarang adalah Ellisa yang penuh dengan kesejukan dan dambaan hati Agusta.
_____________ooo_________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar