Kamis, 01 November 2012

Sang Ratu Malam Ellena



Aku genggam terus sebuah asa,  yang terus  memenuhi hati ini. Asa yang kadang menyiksa dan menyisakan ketidak tahuan, bila aku dihadapkan pada temen sekelasku,Ellena. Terus saja cewek caem ini mengintai di balik tepi hatiku, mungkin pula saat alam tersenyum lahirlah cewek ABG  ini.
           
Gadis berambut model jadul, terurai hingga sebatas pinggangnya, dengan bingkai kacamata yang terus menghiasi wajah ayunya, dan dibalik itu sepasang mata anggunpun sempat menorehkan sebuah bilik di sudut hati ini. Aku coba hadirkan seabreg kembang setaman untuk menggantikannya, namun tetap saja jiwa ini terbelah hanya untuk dirinya.
           
Ellenapun terus terbujur dingin, bila aku terus membayanginya, hingga akupun menjadi semakin tak mengerti, ataukah hanya emosi hati ini yang membelitku.

Saat rampungnya UHT di kelas sebelas IPS, .Ellena terus saja berhias dengan senyuman happy di wajahnya. Baranghkali saja aku menemukan saat yang tepat, agar hati ini tidak bergayut pada bayang saja. Maka lantas sebuah appoinmentpun aku lontarkan. Saat dia di perpustakaan, dan entah wajah yang ayu  kaya rembulan tanggal 15 itupun menjadio merah, dengan sedikit rona warna merah jambu di pipinya. Baru kali aku ngliatin wajahnya yang paling kelihatan ayu itu.

Atau memang dia harus marah terus, agar  aku dapat melihat rem,bulan itu, dan terkadang sorot mata di balik kacamatanya itu menyorotkan sebuah protes keras akan keberanianku,  mencoba menautkan bilah hati ini.

“Aku nggak suka acara kaya gitu-gituan, Rud. Aku lebih suka di rumah aja mbantu mami” sebuah protes dia sodorkan pada aku.
“Nggak masalah kan, Cuma acara modelling untuk Best of The Best Ratu Semarang, kamu kan suka acara kaya gitu, kan ?”
“Eh. . .darimana kamu tahu aku suka itu”
“Biasanya kan kalau cewek suka acara kaya gitu-gituan, aku pengin ngliatin aktiongnya para finalis” akupun coba nggak mau nyerah begitu saja. Habis cewek kaya dia,  terus-terusan aja banyak cowok yang diatas aku berusaha ndapatin dia. Maka akupun pengin kaya Rudy yang sebenarnya.
“Maafin ya. Aku nggak suka ngliatin acara kaya gitu”
“Sekali kali dong Ell, kamu kan habis tegang belajar UHT ini”
“Ya biarin ini kan urusan aku sendiri “ wah galak juga cewek gedongan ini. Aku jadi habis, tapi tetap aja berpikir seribu kali untuk menundukan hatinya yang kaya batu karang lautan.
“Sekarang kan lagi mode rambut jadul, makanya nanti juga ada seleksi The Quen of Gratefull Performance”
“Apaan itu”
“Ya seleksei casual model khusus untuk  cewek yang penampilan alami, model jadul dari mulai dari kacamata, rambut, gaun dan nggak tahu ah...aku bukan pakar penata rambut dan model, yang tahu kan kamu” aku berhasil membuat dia mulai tertarik, seringkali wajah yang caem kini sering kali berada di depanku.

Matanya yang tadinya agak serius, kini mulai memberikan sorot yang exciting, mulai aku melihat bunga mawar merah jambu dengan semerbak menghiasi ruangan hatiku.

“Eh Rud, kamu tahu dari mana ?. Kok tahu segalanya, emangnya kamu juri atau pemerhati masalah modeling”
“Kebetulan Mbak  Reni, kakaku sering jadi juri da punya agency untuk training calon modeling”
“Jadi kamu mau promosi”
“Ya nggak juga Ell, Cuma barangkali kamu tertarik, minimal kamu ngliatin dulu, ntar kalau tertarik aku ajak ke kakaku, tapi aku so sorry lho Ell”
“Ya nggak apa-apa”
“Maka Ell, niatan aku mau ngajak kamu ngliatin acara model malam ini, mumpung UHT kita udah rampungan, nanti juga aku kenalin sama model-model nasional”
“Aku malu Rud”
“Ngapain malu, masa cewek kaya kamu pakai minder segala sih Ell”
“Ngenyek, aku kan anak kolong “
“Kamu anak gaul kok Ell, Cuma kadang kamu tertutup nggak seneng curhat”
“Kamu tahu dari mana”
“Buktinya tadi kamu keki sama aku”
“Sekaarang sudah nggak kan ?”
“Jadi nggak marah, kalau aku ajak ngliatin finalis modeling, berpose di Cat Walk”
“ Oke deh Rud, kamu bisa kerumahku ntar sore”

Langit sekarang menjadi runtuh berhamburan menerpa hatiku, meski masih tetap memberikan biru indahnya, Sementara  rumput hijau di sekeliling sekolah, yangh tadinya bisu mendingin, kini mulai bergoyang di terpa angin kemarau. Hati yang tadinya diterkam kesunyian, kini menggeliat menebas habis kebisuannya

Xenia yang keren yang aku pakai njemput Ellena, menjadi saksi akan mekar bunga, apalagi kini Ellena telah berada di sampingku. Aku lewati setiap jalan penuh lampu warna-warni menuju malam final pengukuhan medel The Best of The Best.

Ellena sudah bukan Ellena yang aku dekati tadi. Kini dia adalah The Prince of Paradise yang akan memiliki malam ini, akupun sudah merasakan terbang memenuhi setiap penjuru langit bersama Ellena.
“Jadi kamu sering ngliatin acara kaya gin Rud”
“Nggak juga Ell, palin kalau disuruh nemenin Mbak Reni”
“Lama lama kamu kan tahu modeling Rud”
“Aku nggak suka kok Ell, Cuma kasihan aja sama Mbak Reni, apalagi kalau butuh ganterin custom untuk model”
“Kamu seneng dong Rud, punya kenalan model anak gedongan, yang cuakep-cuakep”
“Ah biasa aja, Ell. Kalau udah sering ketemu rasanya nggak ada apa-apanya, paling Cuma tampilannya yang keren”
“Ah kamu sok idealis, kalau aku lihat kamu, kayanya suka punya temen yang gedongan dan caem”
“Penginya sih kaya gitu, Cuma mereka nggak bisa jadi temen yang bener-bener Ell. Nggak kaya kamu “
“Ah ngaco kamu” sahut Ellena dengan wajah tertunduk dan memerah semua rona wajahnya, seberkas yang bada di hatikupun kini aku sodorkan untuk dirinya. Barangkali dia juga mau aku jak untuk mengantarku terbang menuju semua penjuru langit. Memang malam ini adalah The Night of Ellena.

Sekali dia memandangiku dan kedua tatapan mata berbnarpun saling bertaut, sama seperti hati yang mulai mekar di serambi malamnya Ellena.
“Ellena, kamu senengkan melihat acara ini”


Senyum manislah yang menjawab pertanyaanku, sekali sekali Ellenapun terlena dengan kata hatinya, aku tahu dari sorot matanya yang nggak lepas dari catwalk di depannya, barangkali dia lagi belajar gaya para model yang punya reputasi seabreg.

“Aku suka Rud, lain kali aku ajakin lagi ya”
“So pasti princess”
“Apa maksud kamu”
“Malam ini kamulah ratunya dan kini menjadi ratu di hatiku” aku coba untuk ngomon apa adanya.
“Aku Ellen Rud, anak biasa-biasa aja, nggak seperti lainnya. Nanti kamu nyesel punya temen aku”
Tanpa ada jawaban secuilpun dariku, hanya aku rapatkan tempat duduku lebih dekat lagi dengan Ellena, dan diapun hanya memandangku dengan sendu namun dibibirnya masih menyisakan senyum keindahan. Dan malam inipun menjadi “The Night of Ellena”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar