Kamis, 01 November 2012

Cinta Bertatap Sendu


Serba susah memang bagi Odie, bila hatinya  telah liar ingin menerjang apa saja yang ada di dalam dadanya. Sesuatu yang dengan halus memekikan hasrat untuk mengenal lebih dekat dengan Sandy. Memang belum lama Odie mengenal Sandy, teman satu kampus di Fakultas Psykhologi Universitas Hamparan Bangsa. Namun kini apabila Sandy berada di dekatnya, hatinyapun selalu dipenuhi kunang malam yang selalu menggelitik dengan nakalnya, mencukil sisi hati ini untuk merapatkan sesuatu kepada bunga kampus itu.


Awalnya memang biasa saja, perjumpaan demi perjumpaan. Hingga mulailah guratan hati Odie berkata lain kala fakultas mengadakan kegiatan refreshing dan pelipur hati pada pasien-pasien rumah sakit yang butuh bimbingan psychologis. Tanpa ingin menengok sudut hati Sandy, Odie cowok yang cuek dengan segala macam Lady Performance tiba tiba saja runtuh hatinya berkeping


Acuh tetap saja menyelimuti hati dan wajah Oddie kala mereka berdua bareng dalam satu kelompok kegiatan bakti social itu. Mereka berdua saling menuai canda, yang semakin lama semakin akrab dan mulai mengenal sisi hati mereka masing masing. Oddie mulai merasakan getar  asmara kala pandangan mata mereka berdua saling bepadu dan berakhir dengan goresan di hati Oddie yang mendalam.


Tugas bimbingan pada pasien pasien yang memilukan hati, hari itu usai sudah. Meninggalkan rasa penat dan lapar di tubuh masing masing praktikan. Ada keraguan di hati Oddie kini tentang rencananya mentratrik makan siang Sandy di kantin rumah sakit. Hatinya masih diterkam rasa khawatir entah apa, Di sisi lain hatinya mulai galau ingin segera Oddie melebarkan sayapnya dan merengkuh Sandy untuk terbang dan berjalan di awan, Namun disisi lain, Sandy hanyalah teman satu krlompok praktikan, toh hal yang biasa bila dia berbuat baik pada Sandy. Atau karena   pesona yang selalu ditebarkan Sandy,  memaksa Oddie untuk menuruti kata hatinya yang lebih ditelikung romantis.


“San, aku cape dan lapar kita ke kantin, OK ?”.

“OK lah,  aku juga dah lapar, sekalian aku mau nyiapin berkas laporan di kantin“

“Ah.kalau untuk laporan  biar aku kerjain di rumah aja, sekarang kita butuh refershkan ?”

“Oh, dewi fortuna alangkah beruntungnya aku hari ini, udah ditlaktir makan siang dibuatin laporan lagi “

“Dewi fortuna kayanya lebih dekat aku hari ini San, ketimbang sama kamu “

“Alasanmu ?” tanya Sandy “ Kan harusnya aku yang beruntung, kok malah kamu ?”

“Iya lah, eh tapi nggak tahu ?”

“Kok nggak jadi ngomong, sejak kapan Oddie jadi cowok pemalu ?”

“Nggak tahu lah San, aku lagi cape aja, lagi nggak suka ngomong “

“Katanya kamu mau refresh tadi ?”

“Iya, inikan sudah refersh, bisa canda sama kamu “

“Bisa aja kamu Oddie”


Oddie sendiri tidak tahu persis, mengapa kali ini dia bisa sedekat itu dengan Sandy. Padahal selama ini dia hanya tersihir hatinya dengan lagu lagu ciptaanya sendiri, apalagi bila sudah di atas pangung dengan sesatu yan paling dekat dengan dirinya, yaitu hanya sebuah gitar elektrik. Jeritan hatinya hanya dituangkan dengan string elektrik sambil berjingkrakan mirip gitaris Jimy Hendrik. Dan kalau sudah begini, beribu kunang malampun beterbangan disisinya.


Rocker yang satu ini, memang telah mati hatinya terpagut oleh benang sutra cinta milik Evelyn beberapa tahun silam, saat mereka mengucapkan perpisahan sebelum kanker otak membisukan Evelyn selamanya. Namun Evelyn lainya datang menjemputnya dalam sebuah metamorfosis berupa getaran string elektrik,  penuh nada eksotis dan terkadang melangkonis. Disitulah Oddie merasakan kehadiran Evelyn kembali, apalagi bila dia membawakan lagu Are You Lonesome To Night kesukaan Evelyn. Bunga bunga cinta yang terus saja membara namun hanya kesemuan yang Oddie dapatkan.


Terbesit dalam angan yang nakal dari Oddie, mungkinkah Sandy mampu menggantikan Evelyn, yang memiliki pesona hamper menyerupai Evelyn.


“Eh, melamun, mana bisa kamu refresh,kalau terus melamun kaya gitu “ . Sebuah teriakan kecil Sandy membuat kedua kaki cowok ganteng itu kembali menginjak bumi, setelah lama Oddie terbawa angan mengunjungi persinggahan Evelyn di langit biru.


“Ah, nggak San, aku cuma kecapean, semalam aku corat coret buat lagu “

“Aku heran sama kamu, kadang kamu kelihatan enjoy, tapi kadang kelihatan murung dan melamun. Sorry ya Oddie,  kalau aku nimbrung privasimu”


“Ya nggak apa apa sih, hanya saja aku seorang penulis lagu. Meski belum ada laguku yang masuk rekaman” getar suara Oddie terdengar jelas, pertanda dia tidak menuturkan lisanya sesuai dengan kata hatinya. Sandypun mampu menangkap gejolak hati yang ada di dada Oddie.


“Kamu lagi naksir cewek  ya Odd ?”

“Ah, kaya anak kecil aja, an !”

“Lho, emangnya orang seperti kamu sudah kakek kakek, kamu kan masih muda ?”

“Ah, nggak kaya gitu, San!. Ku nggak gampang naksir cewek”

“Emangnya kenapa ?”


Seteguk es jeruk terakhir bagi Oddie kini membasahi tenggorokanya, ditengah mereka berdua yang kini bertambah asyik lagi untuk saling mengelupas jantung hatinya masing masing. Kini lebih kerap Oddie melempar sorot matanya pada wajah Sandy, yang kadang dibalas dengan senyum bunga kapus itu.  Seketika itu Oddie merasakan bayangan Evelyn dating menjenguknya dengan wajah yang meradang kemarahan dan wajah cemburu yang membuat selama ini hati Oddie mendingin bagai salju, seketika itu pula Oddie beusaha menepisnya.


“Sudahlah Evelyn, hiduplah kamu dalam kehidupanmu. Biarlah aku hidup kembali bersama Sandy untuk mengarungi dunia yang bertaman kembang warna warni seperti yang dulu pernak kau janjikan”, bisik hati Oddie terus menggumpal di sudut jantungnya. Sementara itu semua ruangan di rumah sakit itu kini mulai ramai oleh pengunjung yang berniat menjenguk saudara dan kerabat yang sakit. Lantaran hari telah ditelikung senja, pertanda mereka harus bergegas pulang di tengah hari yang melelahkan.


“Aku antar kau pulang, San !”

“Aku booking taksi aja, kasihan kamu cape kan, Odd ?”

“Ya cape,  tapi nggak apa, aku kan belum tahu rumah kamu” Sandy hanya melempar senyum halus dan lembut, Kini mobil Oddie melaju menembus keremangan senja bersama dengan hatinya yang kini mulai ditanami bunga bunga cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar