Sudah
sejak sore tadi Hendry hanya duduk di kursi reot di beranda rumahnya. Pandangannya tetap saja lurus,
menyapu jalan sempit yang ada di depan rumahnya
Sementara kabut dingin dari Gunung
Slamet sudah mulai merengkuh tiap kehidupan
petani gurem di desanya.
Sesekali Hendry menata rambutnya yang terberai hingga
bahunya, kekesalan kini
terus tersimpan di tiap ruang hatinya. Sehingga angannya kini terus
melambung ke tiap tepi langit. Dan anginpun
senjapun masih saja melilit
tulang belulangnya.
Sepi kini mulai bergayut dengan
malam, rembulanpun telah bergegas
untuk singgah di tengah langit. Sekali
sekali terdengar cicit anak ayam yang minta belaian induknya. Pekatnya malam kini mulai tersudut, lantaran
hanya ada gambar Irma, gadis gaul, gedongan, kolokan dan seabreg pesona, yang terus terbujur di hatinya.
Lantas diapun harus bagaimana, apa
harus menyodorkan Irma
dengan sejuta ketidak tahuan ini, yang
hingga kini hilir mudik selalu di beranda hatinya, Meski malam semakin larut,
namun belum mau juga memberikan dia
sehelai mimpi. Kini degup jantungnya semakin menjadi kencang, Untuk memburu
kesejukan hatinya. Mengapa perahu
cintanya tak segara menambatkan sauh di pelabuhan hati Irma.
Saat yang ditunggupun kini tiba,
setelah beberapa hari dia menunggunya. Telah datang lagi secuil harapan bertepatan dengan ultah Irma yang ke – 21.
Mungkinkah kado yang akan aku berikan bisa bercerita kepa dirinya, karena
menyadari tangan yang menyodorkan adalah tangan yang tidak tahu harusbagaimana
memberikan cinta kepa pelabuhan hatinya. Demikian bisik hati Hendry.
“Met malam, Ir. Met ultah ya “
Demikian Hendry menuturkan dari mulutnya
yang sedari tadi hanya
membisu. Hendrypun memberanikan diri
untuk menyodorkan ucapan selamat, setelah dia bertatapan dengan Irma.
“Makasih Dry, tahu dari mana kalau aku hari ini ultah
“. Seberkas kalimat muncul dari mulutnya
yang berhias senyuman tipis dengan sejuta misteri. Hendry masih merasa asing dengan senyuman itu,
“Irma,
aku beri kado untuk ultahmu, tolong diterima , tolong ya ! “. Sengaja Hendry melontarkan niatan itu, barangkali Irma tahu bergeloranya ombak lautan yang hendak merobohkan pantai, yang
telah lama tak tahu arah dimana pantai itu terhampar.
“Makasih
sekali lagi, aku harapkan kamu nggak usah repot – repot dengan ini semua “.
Senyum manisnya kembali tersungging dari bibirnya yang manis, kembali pula
menghangatkan malam yang telah terbujur kaku. Meski Hendry sebenarnya tidak
mengharap jawaban seperti ini.
“Nggak,
apa – apa Irma, emang aku sudah lama tahu hari ultahmu dan selalu kutunggu “
“Menunggu, ah kau ada – ada saja “
“Nggak
apa – apa kan !, ngasih kado untukmu
meski nilainya nggak seberapa
“Aku
tidak pernah menilai seseorang dari materinya, Ndry “
”Sama , aku juga gitu, mana aku pernah pilih – pilih
temen ?. Udah sejak aku sama kamu dulu di SMP. Aku kan nggak pernah pilih – pilih
temen. Aku ingat hari ultahmu saat di
kelas 3 SMP. Kamu ngajak satu kelas hadir di ultahmu ”
”Kok
kamu masih ingat sih Ndry !. Kamu memang betul
– betul temenku ” . Jawaban Irma betul – betul membuat jantung Hendry berdegup
tambah nggak karuan. Dia harap Irma tahu sesuatu yang masih Hendry simpan di
hati. Sayangnya kado itu tak mau bicara, untuk membantu Hendry menyampaikan sesuatu
pada cewek dengan rambut berponi dan selalu mengenakan kacamata minus. Dan mata
yang diobalik itupun sering kali membuat Hendry
selalu terjebak di bayang -bayang sepi.
”Aku
harap juga gitu, Irma ! ”. Hanya itu
yang mampu Hendry sampaikan. Selanjutnya tenggorokannya terasa kering
mulutnyapun tersumbat dengan ketidakmampuannya menundukan cewek ini. Meski dia
dah lama kenal dia. Namun entah mengapa, akhir – akhir ini gambaran cewek ini selalu
hadir di benaknya yang paling dalam.
Malam
bertambah meronta dan mendesak Hendry agar dia pulang saja. Karena malam itu
juga yang tahu persis kata hati Hendry. Entah
apa kata hati itu, untuk kali ini Hendry tak mampu meredamnya.
”Aku
pulang dulu, ya Irma. Udah malam gampang besok – besok aku mampir lagi ”
”Emangnya
ada apaan sih Ndry, masih sore gini kamu pulang. Emangnya kamu kangen sama pacarmu Ndry ?.
”Pacar
yang mana, aku selalu takut untuk mengungkapkan arti cinta yang tersimpan dalam hati, Irma ?, Udah ya
aku pulang ”. Hendrypun segera
melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya, di tengah malam yang benar – benar
tidak bersahabat dengannya kini.
__________ooooo__________
”
Tamu siapa Ir, tadi ! ”. Maminya Irma
jadi penasaran tentang tamu yang belum
sempat dibuatin minuman.
” Hendry,
Mam ”
” Dah
lama dia nggak kedengaran kabarnya. Ngapain
dia kesini ? ”
”Ah,
Cuma ngasih kado ultahku, Mam ”
”Darimana
dia tahu tanggal ultahmu ? ”
“Kan dulu pernah Irma undang, waktu aku ultah di kelas 3
SMP “
“Kok
dia masih ingat “
“Mana
aku tahu Mam, coba Mama tanyain sendiri sama Hendry. Aku
juga bingung. Padahal tahun kemarin waktu reuni dirumahnya Anang, dia biasa –
biasa aja Mam ! “
“
Itu namanya naksir kamu Ir “
“Ah
Mama ada-ada aja. Aku sama Hendry kan udah kenal lama Mam. Antara
aku dan dia hanya teman biasa kok Mam ! “
“Kalau
Cuma temen ngapain dia ingat ultahmu dan repot – repot ngasih kado “
“Aduh, Mama ini gimana sih !, Apa kalau ngasih kado
itu mesti naksir , Mam ?“
“Mama
tahu persis dengan ulah laki - laki. Dulu juga papa kamu begitu. Mana
ada cowok repot-repot ngasih kado, kalau dalam hatinya nggak mbayangin kamu ”
”Mama
gimana sih, aku nggak bisa ngasih perhatian lebih sama Hendry, Mam. Karena selama ini hanya teman biasa. Nggak
pernah sekalipun aku mbayangin Hendry.
Mama terburu – buru menilai sih !
”
”Nggak
bisa ngasih perhatian lebih ? , karena kamu selalu ingat Santo, baru kerja di
Batam saja dia udah nglupain kamu. Padahal dulu waktu dekat
kamu, selalu saja memberi janji. Lebih
baik kamu punya cowok Hendry ”.
”Ah.
Mama jadi nglantur kemana-mana. Aku sudah mutusin Mas Santo, Mam ! . Aku
udah lupa sama Mas Santo “.
“
Syukur kalau kamu udah bisa nglupain Santo. Irma !, Mama juga wanita. Mama tahu
persis perasaan seorang wanita. Apalagi
perasaan kamu yang anaknya Mama. Kamu jangan bohong, kamu masih memberi
harapan sama Santo. Memang Santo sepertinya nggak ada kekurangannya, Irma !. Ganteng, anaknya orang kaya, pinter lagi.
Maka pekerjaanlah yang nyari dia, maka lantaran merasa punya banyak kelebihan dia
dengan mudahnya melupakanmu. Mama yakin, model kaya Santo disana dia udah punya
anak – istri ”
”
Terus Mama maunya apa ? ”
”Mama
hanya ingin kau memilih cowok yang penuh perhatian sama kamu. Perasaan seorang
wanita sangat lembut, sebenarnya tidak
ada seorang wanitapun yang mau ditinggal laki-laki. Oleh karena itu
berhati-hatilah terhadap laki-laki ”
”Jadi
maunya Mama aku sama milih Hendry ! ”
”
Nggak gitu, Irma !, Itu hak kamu untuk menentukan pilihan. Mama hanya ngasih
masukan pilihalah figur seperti Hendry. Kan tidak harus sama Hendry.
Irma
tertunduk lesu, angannya mengembalikan
dia ke dua tahun silam. Ketika dia dan Mas Santo saling menyandarkan rindu
hatinya masing-masing. Namun karena
egonya Mas Santo sejak dia kerja di Batam,
hingga kini tiada pernah kirim kabar, Jangankan selembar surat, kirim
SMS aja nggak pernah. Memang betul apa
yang dikatain Mamanya dia, toh semua itu demi kebaikan dirinya juga.
Apa
bener juga, kalau Hendry temen dia sejak di SMP mencoba hadir di kehidupannya.
Ah tapi Hendry sama sekali banyak kekurangannya dibanding dengan Mas Santo.
Namun bagaimana juga Tuhan tidak penah membeda-bedakan ciptaaNYA. Mungkin juga Hendry masih punya kelebihan
dibanding dengan Mas Santo, tapi entahlah.
Minggu
pagi, cuaca sangatlah cerah layaknya bumi dilingkungi dengan permadani warna biriu.
Angin musim kemarau semilir meniup apa
saja yang ada di atas bumi. Hendry
kembali duduk di kursi depan rumah berdua dengan Irma. Setelah sekian lama dia hanya berdua dengan
bayang Irma.
” Kadang
aku ingat beberapa tahun lalu saat kita masih nsekolah ya.
Ir ! ”
”Sama
juga, Ndry, aku juga ingat waktu kita masih di SMA dulu,
Kayanya baru kemarin. Aku masih ingat dulu, sama temen – temen sering main ke
rumahmu, ”
”Kadang
pula aku sering ingin mampir ke rumahmu. Kalau ketemu kamu, sama saja
aku teringat masa sekolah dulu ”
” Masa
to Ndry. Nanti juga kamu akan bosan kalau keseringen kesini ”
”Ah
enggak kok Ir, Cuma aku takut aja
nganggu acaramu ”
”Acara
apa ?, Ndry. Aku kan bukan pejabat penting. Acaraku kan Cuma kuliah aja”
”Bener.
Ir ? ” .
”Ngapain
aku bohong, Ndry. Aku
kan bukan temenmu kemarin sore. Nanti
kuliahmu malah terganggu, Ndry. Klo main ke sini terus ”
”Aku
tinggal nyelesaikan skripsiku Ir, aku
nggak banyak acara kok. Paling aku
tinggal belajar nyari kerja dulu ”
”Wah
selamat ya, Ndry !. Sebentar lagi kamu bisa jadi sarjana dan moga aja cepet
dapat kerja ”
” Trim
ya Ir,
jadi bener nih aku nggak nganggu
kamu, klo sering ke sini ”
”Bener
Ndry, aku sering teringat kamu dulu sering kocak . Bila kita kumpul bareng”
”Apa Cuma itu Ir, aku harapkan bukan itu saja ”
”Ah,
, nggak tau, Ndry. . . paling kamu nggak serius ”
”Sejak
reuni di rumah Anang, aku pengin terus dekat sama kamu ”
” Yang
bener Ndry, aku nggak mau persahabatan kita yang sudah lama menjadi hilang dan musnah
begitu saja, aku nggak mau kamu
main-main ”
”Aku
serius lho Ir, aku cuma mau ada kamu di hatiku ”
Awan
jingga kini menyelimuti seluruh alam ini, lamunan yang dulu menjadi bagian hati
Hendry yang lekat hingga berkarat kini mulai pudar
dihujam awan jinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar