Kamis, 01 November 2012

Awan Jingga



Sudah sejak sore tadi Hendry hanya duduk di kursi reot di beranda rumahnya.      Pandangannya tetap saja lurus, menyapu  jalan  sempit yang ada di depan rumahnya Sementara  kabut dingin dari Gunung Slamet sudah mulai merengkuh tiap kehidupan  petani gurem di desanya.
Sesekali  Hendry menata rambutnya yang terberai hingga bahunya,   kekesalan   kini  terus tersimpan  di tiap  ruang hatinya. Sehingga angannya kini terus melambung ke tiap tepi langit. Dan anginpun  senjapun masih saja melilit  tulang belulangnya.
Sepi kini mulai bergayut dengan malam,  rembulanpun telah bergegas untuk  singgah di tengah langit. Sekali sekali terdengar cicit anak ayam yang minta belaian induknya.  Pekatnya malam kini mulai tersudut, lantaran hanya ada  gambar  Irma, gadis gaul, gedongan, kolokan  dan seabreg pesona,  yang terus terbujur di hatinya.
Lantas  diapun harus bagaimana,  apa  harus menyodorkan  Irma dengan  sejuta ketidak tahuan ini, yang hingga kini hilir mudik selalu di beranda hatinya, Meski malam semakin larut, namun belum mau juga  memberikan dia sehelai mimpi. Kini degup jantungnya semakin menjadi kencang, Untuk memburu kesejukan hatinya.  Mengapa perahu cintanya tak segara menambatkan sauh di pelabuhan hati Irma.
Saat yang ditunggupun kini tiba, setelah beberapa hari dia menunggunya. Telah datang lagi secuil harapan  bertepatan dengan ultah Irma yang ke – 21. Mungkinkah kado yang akan aku berikan bisa bercerita kepa dirinya, karena menyadari tangan yang menyodorkan adalah tangan yang tidak tahu harusbagaimana memberikan cinta kepa pelabuhan hatinya. Demikian bisik hati Hendry.
“Met malam, Ir. Met ultah ya “ Demikian Hendry menuturkan dari mulutnya  yang  sedari tadi hanya membisu.  Hendrypun memberanikan diri untuk menyodorkan ucapan selamat, setelah dia bertatapan dengan Irma.
“Makasih  Dry, tahu dari mana kalau aku hari ini ultah “. Seberkas kalimat muncul dari  mulutnya yang berhias senyuman tipis dengan sejuta misteri.   Hendry masih merasa asing dengan senyuman itu, 
“Irma, aku beri  kado untuk ultahmu,  tolong diterima , tolong ya ! “.  Sengaja Hendry melontarkan niatan itu,  barangkali Irma tahu bergeloranya ombak  lautan yang hendak merobohkan pantai, yang telah lama tak tahu arah dimana pantai itu terhampar.
“Makasih sekali lagi, aku harapkan kamu nggak usah repot – repot dengan ini semua “. Senyum manisnya kembali tersungging dari bibirnya yang manis, kembali pula menghangatkan malam yang telah terbujur kaku. Meski Hendry sebenarnya tidak mengharap jawaban seperti ini.
“Nggak, apa – apa  Irma,  emang aku sudah lama  tahu hari ultahmu dan selalu kutunggu “
“Menunggu,  ah kau ada – ada saja “
“Nggak apa – apa  kan !, ngasih kado untukmu meski nilainya nggak seberapa
“Aku tidak pernah menilai seseorang dari materinya, Ndry “
”Sama , aku juga gitu, mana aku pernah pilih – pilih temen ?. Udah sejak aku sama kamu dulu di SMP.  Aku kan nggak pernah pilih – pilih temen.  Aku ingat hari ultahmu saat di kelas 3 SMP. Kamu ngajak satu kelas hadir di ultahmu ”
”Kok kamu masih ingat sih Ndry !. Kamu memang  betul – betul temenku ” . Jawaban Irma betul – betul membuat jantung Hendry berdegup tambah nggak karuan. Dia harap Irma tahu sesuatu yang masih Hendry simpan di hati. Sayangnya kado itu tak mau bicara, untuk membantu Hendry menyampaikan sesuatu pada cewek dengan rambut berponi dan selalu mengenakan kacamata minus. Dan mata yang diobalik itupun sering kali membuat Hendry  selalu terjebak di bayang -bayang sepi.
”Aku harap juga gitu, Irma !  ”. Hanya itu yang mampu Hendry sampaikan. Selanjutnya tenggorokannya terasa kering mulutnyapun tersumbat dengan ketidakmampuannya menundukan cewek ini. Meski dia dah lama kenal dia. Namun entah mengapa,  akhir – akhir ini gambaran cewek ini selalu hadir di benaknya yang paling dalam.
Malam bertambah meronta dan mendesak Hendry agar dia pulang saja. Karena malam itu juga yang tahu persis kata hati Hendry.  Entah apa kata hati itu, untuk kali ini Hendry tak mampu meredamnya.
”Aku pulang dulu, ya Irma. Udah malam gampang besok – besok aku mampir lagi ”
”Emangnya ada apaan sih Ndry, masih sore gini  kamu  pulang. Emangnya  kamu kangen sama pacarmu Ndry ?.
”Pacar yang mana, aku selalu takut untuk mengungkapkan arti cinta  yang tersimpan dalam hati, Irma ?, Udah ya aku pulang  ”. Hendrypun segera melangkahkan kakinya untuk menuju rumahnya, di tengah malam yang benar – benar tidak bersahabat dengannya kini.
__________ooooo__________
” Tamu siapa Ir, tadi ! ”.  Maminya Irma jadi penasaran  tentang tamu yang belum sempat dibuatin minuman.
” Hendry, Mam ”
” Dah lama dia nggak kedengaran kabarnya.  Ngapain dia kesini ? ”
”Ah, Cuma ngasih kado ultahku, Mam ”
”Darimana dia tahu tanggal ultahmu ? ”
 “Kan dulu pernah  Irma undang, waktu aku ultah di kelas 3 SMP 
“Kok dia masih ingat “
“Mana aku tahu Mam, coba Mama tanyain sendiri sama Hendry. Aku juga bingung. Padahal tahun kemarin waktu reuni dirumahnya Anang, dia biasa – biasa aja Mam ! “
“ Itu namanya naksir kamu Ir “
“Ah Mama ada-ada aja. Aku sama Hendry kan udah kenal lama Mam. Antara aku dan dia hanya teman biasa kok Mam ! “
“Kalau Cuma temen ngapain dia ingat ultahmu dan repot – repot ngasih kado “
“Aduh,  Mama ini gimana sih !, Apa kalau ngasih kado itu mesti naksir , Mam  ?“
“Mama tahu persis dengan ulah laki - laki. Dulu juga papa kamu begitu. Mana ada cowok repot-repot ngasih kado, kalau dalam hatinya nggak mbayangin kamu ”
”Mama gimana sih, aku nggak bisa ngasih perhatian lebih sama Hendry, Mam.  Karena selama ini hanya teman biasa. Nggak pernah sekalipun aku mbayangin Hendry.  Mama terburu – buru menilai sih  ! ”
”Nggak bisa ngasih perhatian lebih ? , karena kamu selalu ingat Santo, baru kerja di Batam saja dia udah nglupain kamu. Padahal dulu waktu dekat kamu,  selalu saja memberi janji. Lebih baik kamu punya cowok Hendry ”.
”Ah. Mama jadi nglantur kemana-mana. Aku sudah mutusin Mas Santo, Mam  ! .  Aku udah lupa sama Mas Santo “.
“ Syukur kalau kamu udah bisa nglupain Santo. Irma !, Mama juga wanita. Mama tahu persis perasaan seorang wanita. Apalagi  perasaan kamu yang anaknya Mama. Kamu jangan bohong, kamu masih memberi harapan sama Santo. Memang Santo sepertinya nggak ada kekurangannya, Irma !.   Ganteng, anaknya orang kaya, pinter lagi. Maka pekerjaanlah yang nyari dia, maka lantaran merasa punya banyak kelebihan dia dengan mudahnya melupakanmu. Mama yakin, model kaya Santo disana dia udah punya anak – istri ”
” Terus Mama maunya apa ? ”
”Mama hanya ingin kau memilih cowok yang penuh perhatian sama kamu. Perasaan seorang wanita sangat lembut,  sebenarnya tidak ada seorang wanitapun yang mau ditinggal laki-laki. Oleh karena itu berhati-hatilah terhadap laki-laki ”
”Jadi maunya Mama aku sama milih Hendry ! ”
” Nggak gitu, Irma !, Itu hak kamu untuk menentukan pilihan. Mama hanya ngasih masukan pilihalah figur seperti Hendry. Kan tidak harus sama Hendry.
Irma tertunduk lesu,  angannya mengembalikan dia ke dua tahun silam. Ketika dia dan Mas Santo saling menyandarkan rindu hatinya masing-masing. Namun  karena egonya Mas Santo sejak dia kerja di Batam,  hingga kini tiada pernah kirim kabar, Jangankan selembar surat, kirim SMS aja nggak pernah.  Memang betul apa yang dikatain Mamanya dia, toh semua itu demi kebaikan dirinya juga.
Apa bener juga, kalau Hendry temen dia sejak di SMP mencoba hadir di kehidupannya. Ah tapi Hendry sama sekali banyak kekurangannya dibanding dengan Mas Santo. Namun bagaimana juga Tuhan tidak penah membeda-bedakan ciptaaNYA.  Mungkin juga Hendry masih punya kelebihan dibanding dengan Mas Santo, tapi entahlah.
Minggu pagi, cuaca sangatlah cerah layaknya bumi dilingkungi dengan permadani warna biriu.  Angin musim kemarau semilir meniup apa saja yang ada di atas bumi.  Hendry kembali duduk di kursi depan rumah berdua dengan Irma.  Setelah sekian lama dia hanya berdua dengan bayang Irma.
” Kadang aku ingat beberapa tahun lalu saat kita masih nsekolah  ya.   Ir ! 
”Sama juga, Ndry,  aku  juga ingat waktu kita masih di SMA dulu, Kayanya baru kemarin. Aku masih ingat dulu, sama temen – temen sering main ke rumahmu, ”
”Kadang pula aku sering ingin mampir ke rumahmu. Kalau ketemu kamu, sama saja aku teringat masa sekolah dulu ”
” Masa to Ndry. Nanti juga kamu akan bosan kalau keseringen kesini ”
”Ah enggak kok Ir,  Cuma aku takut aja nganggu acaramu ”
”Acara apa ?, Ndry. Aku kan bukan pejabat penting. Acaraku kan Cuma kuliah  aja”
”Bener. Ir ? ” .
”Ngapain aku bohong, Ndry.  Aku kan bukan temenmu kemarin sore.  Nanti kuliahmu malah terganggu, Ndry.  Klo  main ke sini terus ”
”Aku tinggal nyelesaikan skripsiku Ir,  aku nggak banyak acara kok.   Paling aku tinggal belajar nyari kerja dulu ”
”Wah selamat ya, Ndry !. Sebentar lagi kamu bisa jadi sarjana dan moga aja cepet dapat kerja ”
” Trim ya  Ir,   jadi bener nih aku nggak nganggu kamu, klo sering ke sini ”
”Bener Ndry, aku sering teringat kamu dulu sering kocak . Bila kita kumpul bareng”
”Apa  Cuma itu Ir, aku harapkan bukan itu saja ”
”Ah, , nggak tau, Ndry. . . paling kamu nggak serius ”
”Sejak reuni di rumah Anang, aku pengin terus dekat sama kamu ”
” Yang bener Ndry, aku nggak mau persahabatan kita yang sudah lama menjadi hilang dan musnah begitu saja,  aku nggak mau kamu main-main ”
”Aku serius lho Ir, aku cuma mau ada kamu di hatiku ”
Awan jingga kini menyelimuti seluruh alam ini, lamunan yang dulu menjadi bagian hati Hendry  yang  lekat hingga berkarat kini mulai pudar dihujam awan jinga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar