Anggita
terus saja menyendiri menyelinap diantara sokib sokib yang saat itu sedang ribet
mendukung beberapa acara classmeting di sekolahnya. Dia selalu saja merasa bahwa
semua sokibnya yang berada di sekelilingnya. adalah sokib gaul yang segalanya
lebih baik dari dirinya. Anggita selalu mengganggap mereka sebagai sokib yang
egois, angkuh dan seabreg tuduhan lainnya.
Maka
bagi Anggita, semua kegiatan sekolah seperti classmeting, outbond, piknik
bahkan belajar bersama adalah hari hari yang panjang dan menyebalkan bagi dirinya.
Kali ini diapun selalu surut langkahnya, bila sokib sekelasnya menunjuknya
untuk tampil dalam berbgai acara di classmeting semester ini.
***
Pagi
pagi sebelum bel tanda masuk tes semester menyentaknya, Aldo sudah menyapanya,
tidak seperti biasa cowok yang menjabat ketua kelasnya kini duduk disampingnya.
“Anggit!,
Bu Nisa menunjukmu!”, Aldo melontarkan permintaan dengan penuh hati-hati.
“Aku
disuruh apa ?”.jawab Anggita dengan roman muka yang dilipat kaku.
“Kamu
ditugasi Bu Anis untuk tampil di opera kolosal Cleopatra dan Mark Anthony,
rencananya 2 minggu lagi kita harus siap pentas, piss kamu mau, ya ?”. Sepotong
kalimat Aldo diucapkan dengan lugas.
“Bodo
ah !, kenapa harus aku, kan masih banyak temen temen yang demen tampil, gaul
dan gokil, ah sorry ya Aldo !”.
“Tapi
ini permintaan Bu Anis sendiri, masa kamu nggak mau”. Aldo mengangkat kedua
tanganya lebar lebar, sepenggal kekecewaan kini hadir di hatinya.
“Aldo,
piss !, kamu kan bisa menyampaikan sama
Bu Anis kalau aku nggak bisa ! “
“Anggit,
itu memang hak kamu, tapi sekali lagi ini permintaan Bu Anis !, kamu harus tau
dong !!!”.
“OK
Aldo !, sekarang aku mau tanya !, peran apa yang harus aku bawakan?” Tanya
Anggita yang tambah serius sikapnya.
“Kamu
dipilih Bu Anis untuk memainkan Cleopatra, dalam bentuk opera. Kamu kan bisa
nyanyi ?”
“He,
apalagi peran ratu yang cantik jelita, aku lebih pantas jadi nenek sihir saja,
aku nggak mau Aldo !!!”
2
“Terus
siapa lagi, piss dong Anggit !!!”.
“Terserah
kamu aja !, pokoknya aku nggak mau !!” Kelihatan wajah Anggita bertambah kecut, bola matanya seakan mau lepas dari
rongganya.
Kembali
Aldo mengangkat kedua tanganya dengan senyum pahit menghiasi wajahnya.
Sebenarnya banyak hal yang akan dibicarakan Aldo pada cewek yang cantik, smart
tapi tidak punya percaya diri itu. Tapikini cewek yang wajahnya uring uringan itu ngloyor
begitu saja keluar kelas.
Tapi
Aldo tidak putus asa , karena menurut pertimbangan dia dan Bu Anis, hanya
Anggita yang pantas memainkab peran Cleopatra. Desakan Bu Anis begitu kuatnya,
barangkali saja Bu Anis memiliki hasrat terpendam demi membangun percaya diri anaknya
yang sentimentil ini.
“Sebenarnya
ibu memilih Anggit, untuk memerankan Cleopatra adalah demi kebaikan dirinya
sendiri. Dibalik wajahnya yang melo ,
tersimpan karakter keras dan tegas. Karakter seperti itulah yang cocok dengan
Cleopatra. Tapi sayangnya dia memiliki pd yang lemah, untuk itulah ibu agak
memaksanya untuk tampil”, Bu Anis mencoba menepiskan keraguan hati Aldo tentang
maksudnya, saat usai tes semester hari ini.
“Tapi
bu, dia tetap tidak mau. Aku harus bagaimana ?”.
“Biar
saja masalah Anggita serahkan saja pada ibu”
“Tapi
untuk membangun pdnya Anggita, tidak bisa secepat itu, bu !”
“Memang
susah Aldo !, seharusnya dia bertemu dengan cowok seperti Mark Anthony dalam
kehidupan sebenarnya, barulah dia memiliki pd seperti teman teman lainnya”. Di
wajah Bu Anis mengembang sebuah senyuman yang lepas. Sementara di sisi hati
Aldo terdapat benang benang halus dan lembut tentang siapa paling berhak menjadi Mark Anthony yang
sebenarnya untuk Cleopatra. “Apakah aku pantas ?”, Aldo meninggalkan ruang Bu
Anis dengan menyisakan sebuah pertanyaan untuk dijawab sendiri. “Bukankah kisah Cleopatra dan Mark Anthony dikenal sebagai
kisah asmara yang tragis. Keduanya sama-sama memutuskan bunuh diri pada 30 SM
setelah kalah perang. Mark Anthony diceritakan tewas dengan pedangnya sendiri,
sedangkan Cleopatra mati karena gigitan ular berbisa yang diambilnya sendiri ,
bisakah aku menjadi Mark Anthony ?“.
***
Anggita
tidak mampu menyembunyikan perasaan galau dan resahnya, saat keesokan harinya dia
harus menghadap Ibu Anis, kentara di raut wajahnya yang tidak berseri seperti
hari hari biasanya. Performa Anggita saat itu seperti pesakitan yang dipapah
menuju tiang gantungan di samping algojo
yang berwajah angker. Dalam benaknya tidak henti-hentinya dia mengutuk Bu Anis,
yang sungguh kelewatan. Sementara itu Aldo dan sokib sokib satu
3
kelas
denganya, menunggu keputusan sang Cleopatra , untuk tampil dalam opera
legendaries itu.
Anggita
tidak berani memandang tajam wajah Bu Anis, dia hanya mampu menundukan
wajahnya.
“Anggit
!, apa selama ini sikap Bu Anis dalah ?”
“Tidak,
bu !”
“Kenapa
kamu menolak permintaan ibu dengan kasar ?’
“Karena
aku tidak mampu dan takut pada peran Cleopatra”
“Kenapa
takut, saying !,kamu mampu kok !”. Kata kata manis Bu Anis, memang sesuatu yang
tidak dia tutup tutupi, suatu ungkapan perasaan sayang kepada putranya yang
sejak dari kelas X menjadi perhatian dia.
“Tapi,
peran Cleopatra seharusnya diberikan kepada teman teman sekelas yang cantik bu
!,. bukan pada Anggita”
“Siapa
bilang kamu jelek ?, ibu banyak mendengar dari temanmu kalau kamu banyak
didekati teman teman kamu. Bu Anis yang wanita saja menaruh simpatik sama kamu.
Kamu cantik, santun, pandai lagi. Anggit !, sudahlah mau sampai kapan lagi kamu
takut menhgadapi peluang!, terimalah ini dengan enjoy dan penuh percaya diri,
ya saying ?”
Anggita
masih menundukan wajahnya, tetapi benang benang halus mulai semi di hatinya . Benang
benang percaya diri dan rasa bangga membawakan peran sebagai Cleopatra, Ratu
Mesir yang membuat Mark Anthony, kaisar agung dari Romawi bertekuk lutut
padanya.
“Bu
Anis !, tapi Anggit nggak bisa nyanyi?”
“Anggit,
hayo jawab !, siapa yang sering nyanyi nyanyi dalam kelas atau di kantin
sekolah saat istirahat, kamu kan ?. Sudahlah Anggit, jangan menghindar dan
membohongi ibu, ini semua demi kamu kok !!!”
“Tapi,
bu !”
“Anggit
! pilihan ini sebenarnya bukan dari ibu, tapi dari teman teman sekelas kamu dan semua guru. Apalagi anak anak yang
gabung di band kita, semua pengin mendengar kamu nyanyi di panggung. Mereka
sudah siap latihan kok dan scenarionya sudah di Aldo, Kalau kamu masih ngambek
terus, semua acara ini bakal berantakan, siap ya sayang ?”
“Gimana,
ya bu ?”
“Anggit
!, kalau sesuatu datang dari orang yang
menyayangi kamu, biasanya sesuatu yang baik. Pernahkah papa mamamu menjerumuskanmu.
Kalau peluang ini masih kamu tolak, maka di masa mendatang kamu akan terus membenci kehidupan ini !”.
4
Senyum
tipis yang mampu menjadi magnet bagi cowok yang melihatnya, kini menghiasi
wajahnya. Pertanda dia setuju dengan permintaan Bu Anis wali kelasnya. Benang
benang halus kini bersemayam kuat di hatinya. Anggitapun minta pamit pada Bu
Anis, kini dia sudah berada di tengah pintu keluar ruang guru. Sebuah panggilan
lembut Bu Anis menggetarkan gendang telinganya.
“Anggita!,
ibu belum cerita sama kamu, siapa yang akan memerankan Mark Anthony “
“Siapa,
bu ?”
“Yang
jelas, peran itu ibu berikan pada teman yang cocok berdampingan dengan kamu !.
Tapi selama ini kamu nggak mau jujur kan!, kamu sering pura pura marah sama dia
kan !”
“Ah..siapa
ya bu !”
“Nanti
juga kamu tahu, ini masih rahasia sutradara “***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar