Minggu, 25 November 2012

Senyum Sang Ratu

Merasa dirinya terus saja dikungkung perjuangan menggapai jalan hidup yang diinginkanya, Rosallia hampir –hampir putus asa. Dia sudah merasakan jalan hidup yang terbentang jauh di depanya telah dipenuhi kerikil tajam, berliku dan dikanan-kiri jalan hidupnya telah  ditaburi jurang-jurang yang siap melumat tubuh siapa saja. Namun Rosallia tak pernah berpikir konyol untuk hanya  berpangku tangan menghadapi sebuah birama hidup yang berdebu dan menyeskan dadanya. Bila dia melangkah surut,  Kota Jakarta siap menghisapnya dalam-dalam ke dalam kubangan lumpur yang hitam kelam.
Untuk kembali ke Tegal kota asalnya, jelas dia tepiskan gagasan seperti itu, karena di kota itu dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah meninggalkan dia setelah dia lulus sarjana, sedangkan adik semata wayangnya, entah tidak pernah memberi kabar berita. Rosallia hanya mendengar dari teman-teman adiknya,  bila Karel telah merantau ke Sumatra.
Hanya sepasang lengan kecil yang ringkih dan langkah kaki yang terbatas adalah ciri seorang wanita, apalagi bagi Rosallia yang masih lajang dan hidup dari kontrakan kamar satu dengan lainnya,  dari debu dan deru jalan jalan Kota Jakarta yang menghitamkan kulit tubuh dan sering membuat dadanya tersengal. Sebenarnya benak hatinya dalam rongga dadanya telah menjerit, melengking ke semua atmosfer hidupnya. Namun lengkingan seorang wanita di tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta apalah dayanya. Lengkingan itupun akan dipantulkan oleh tebing-tebing yang tinggi, kokoh dan membisu. Kedua mata Rosalliapun harus mampu meredup, kala perjuangan hidupnya begitu menyesakan dadanya. Kala dia menjadi korban akal bulus Ardian yang menjanjikan kehidupan bahagia, manis dan manja di Kota Sejuta Lampu itu.
***
Kali ini Rosallia hanya mampu meratapi apa yang terjadi pada dirinya, saat dia dipanggil kabag personalia di kantornya tentang phk yang dideranya. Sekali lagi dia mencoba meyakinkan keputusan atasanya itu untuk menepiskan rasa percaya pada dirinya sendiri. Sejak dia selalu terseok menapaki jalan hidupnya yang beralasan kerikil tajam, kerap dalam benak Rosallia timbul perasaan tidak percaya. Namun kenyataan itu kini telah berkali-kali membisikan dalam bilik jantungnya untuk segera tabah dan tawakal menerimanya di saat usia dia telah hampir mencapai 30 tahunan.
Semua bunga-bunga yang berjejer rapi di atas pot semen ikut terlihat layu. Mereka ikut engucapkan selamat tinggal  di sepanjang jalan paving blok. Hanya Wella yang menjemput dengan membukakan kedua tangan untuk sebuah pelukan pada Rosallia. Merekakemudian saling menumpahkan isi hati dengan bahasa air mata, yang entah bagi Rosallia air mata yang keberapa kali dia tumpahkan.
“Ros, sabar ya !”. Rosallia hanya menganggukan wajahnya.
“Kita masih bisa bertemu lagi, kan Wel ?”
“Pasti Ros !, kita sama sama datang ke Jakarta dengan hanya sebuah tekad. Mengapa kita mesti berpisah. Tolong kabar kabar ya Ros ?”. Seberkas senyum Rosallia kini terlihat menghias di bibirnya.  Senyum itulah yang biasa disodorkan wanita yang biasa tampil “exciting” sepanjang hari termasuk
dalam meretas bilah hidup di Jakarta, yang penuh liku dan karang terjal dingin membisu. Hanya terlihat kini kedua wanita lajang yang cantik saling melepas pelukan, suatu pertanda mereka berdua kini mulai bersiaga menghadapi kehidupan esok pagi.
Sebuah rumah berdinding tembok dan papan di Bantaran Sunga Ciliwung tiada sedikitpun menawarkan senyum pilu, meski sebagian papanya yang berada di atasnya telah menghitam disentuh banjir sungai itu yang kerap menderanya. Termasuk juga ancaman banjir saat saat ini di awal tahun, Rosalliapun telah siap membenahi semua perabot rumahnya agar mampu terhindarkan dari luapan air sungai. 
Pagi itu di sela gerimis tiada henti memagut Kota Jakarta, Rosallia lebih akrab dengan rumahnya kontrakannya yang pada hari-hari biasanya dia mengabaikan begitu saja. Semua perabotanya dilepaskan  dari debu debu yang sudah cukup banyak menumpuk. Nyanyian kecil terus saja melantun di rumah separo papan yang kini terasa lebih hangat. Wanita lajang yang cantik dan berambut model Demi More itu menyambt harinya tanpa memperdulikan nasibnya kini yang telah diphk perusahaanya yang sedng terbelit kerugian. Dia terus berbenah bersama-sama ibu-ibu warga Tebet Dalam untuk menyambut rencana kedatangan  Kate Middlleton ke pemukiman kumuh tersebut.
Sebentar sebentar Rosallia diberi pengarahan Bu RT, staf kedutaan Inggris ataupun aparat lainnya yang aktif memoles dan mensterilkan keamanan pemukiman itu.
“Non Rosa !, nanti ikut menyambut kedatangan Kate Middleton , ya !” pinta Bu RT di sela kesibukan wara sekitarnya.
“Baik Bu RT  !, tapi acaranya apa saja bu ?, aku nggak tahu ?”
“Aku sendiri nggak tahu, Non !, itu urusan staff kedutaan dan pejabat pekmot atau aku juga nggak tahu non !”
“Terus kalau Bu RT  nggak tahu, kita kita ini harus bagaimana ?”
“Kata Pak RW sih kita hanya disuruh pakai pakaian adat Jawa untuk menyambut sang ratu “
“Aku nggak punya pakaian adat  lho bu !”
“Itu gampang non dari pemkot nanti meminjami “
“Kan ibu- ibu lainnya masih banyak yang bisa menyambutnya !, biar aku nggak ikut saja, bu ?”
“Eh, Non Rosa cantik lho, apalagi kalau didandani pakaian adat, pasti nanti bakal jadi primadona di acara itu !”
“Ah,  Bu RT   bisa aja ?,  ya bolehlah bu !. Tapi nanti aku hanya ngikut aja ya bu ?”
“Nggak bisa gitu Non !, justru Non Rosa yang dijadikan tumpuan ibu-ibu untuk menyampaikan misi ini !”
“Misi apa ya bu ?, kok jadi serius sih bu ?”. Rosallia mengkerutkan kedua alis matanya, wajahnya tidak setawar semula, meski dia tidak keberatan dengan tugas moralnya itu, tapi lantaran dia sama sekali tidak tahu maksud misi yang diembanya, maka kini dia merasa seperti wanita bengong di tengah kerumunana ibu ibu warga sekitarnya yang memang nasibnya harus diperjuangkan. Beberapa ibu lainya kini mulai gabung dengan diskusi jalanan di Bantaran Sunga Ciliwung. Mereka semua berniat mengusung suatu misi diam diam untuk sebuah perbaikan nasib dan pemukiman mereka, saat sang ratu berada di tengah mereka.
“OK deh ibu-ibu, tadi Bu RT  memintaku menyampaikan misi kita pada Kate Middleton. Tapi aku nggak tahu harus bicara apa ?”
“Non Rosa bisa bicara bahasa Inggris ,kan ?” tanya salah satu ibu yang mulai bersemi sebuah harapan di hatinya.
“Lumayan bu !, dulu setiap ada kunjungan tamu dari luar negeri di kantorku, aku disuruh bosku menjadi jubirnya”.
“Ah kebetulan sekali, kita tanpa protokoler bisa langsung curhat dengan Sang Ratu Inggris. Dan minta disampaikan langsung pada Presiden SBY tentang nasib kami” pinta Bu Ramelan.
“Tapi misi ibu-ibu itu apa ?, aku belum tahu ?”
“Gini lho Non Rosa, Pemprov Jakarta berencana menjadikan Sungai Ciliwung sebagai Kawasan Wisata Air, maka kami semua dalam waktu dekat akan digusur begitu saja. Makanya kamu pengin curhat dengan sang ratu.
“Beruntung minggu kemarin ada beberapa wartawan CNN dan BBC News yang menayangkan di media mereka lengkap dengan pengambilan gambarnya. Sehingga penggusuran dibatalkan”, sahut Bu RT .
“Ibu nelihat sendiri tayanganya ?”
“Oh iya Non Rosa !. Bahkan mereka akan menyampaikan kasus ini ke Komisi Hak Azasi Manusia Internasional bila pemerintah menelantarkan kami “ kata Bu Hamzah.
“Terus keinginan warga itu apa ?” sahut Rosallia.
“Kami inginkan sebuah relokasi yang permanen seperti rasunewa, meski kami harus membelinya dengan harga murah “
“Oh...begitu, tapi aku nggak berani  janji ya bu !,karena masalahnya aku bisa dekat dengan Ratu Inggris nggak, itu masalahnya. Kita terbentur masalah protokoler nantinya.Tapi nanti aku coba ya !”
“Ada beberapa momen yang paling memungkinkan untuk Non Rosa untuk hanya sekedar ngobrol menyampaikan misi kami secara non formal, yaitu saat Sang Ratu Inggris datang dan diperkenalkan dengan kami semua, saat itu kami semua berniat menerobos pengamanan untuk berbicara hanya beberapa menit saja “ Bu RT menambahkan.
“Tapi dia si cantik itu,  apa mau mendengarkan keluh kesah kami,  Bu RT ?” Bu Agus masih belum percaya dengan misi itu.
“Justru itulah mereka mengadakan kunjungan ke Indonesia sama seperti kunjngan Lady Dy dan Pangeran Charles ke Indonesia beberapa tahun lalu “ jawab Bu Santoso.
 “Ibu- ibu jangan khawatir, keluarga Kerajaan Inggris dikenal seantero dunia sebagai figur yang peduli sesama dan pendengar yang baik, tidak seperti pejabat pejabat lainnya. Oleh karena itu kita sangat beruntung kedatangan mereka “ .
Mereka yang hadir di diskusi jalanan itu sebagian besar masih menggayutkan wajah tak percaya akan misi ini. Bahkan sebagian lagi masih memendam rasa khawatir bila misi itu menimbulkan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Lantaran sebagian besar dari mereka adalah insan insan yang hanya memiliki kulit, daging dan tulang yang tiada seberapa kokohnya.                 Mereka telah terlanjur bermukim di pemukiman liar di bantaran, apabila Pemprov masih bersikeras menggusurnya merekapun hanya menerima dengan pasrah. Meski sebagian besar dari mereka sudah menyekolahkan anak anak mereka di sekolah terdekat dan sebagian lainnya sudah menetap di kios –kios permanen.
Mereka kinipun hanya mampu terpaku diantara kerumunan ibu-ibu yang berdiskusi.
“Kalau ibu-ibu masih khawatir, OK-lah aku akan ke kedubus Inggris,kebetulan aku punya teman yang kerja di sana. Aku akan minta waktu barang 5 menit untuk berdiskusi dengan  Kate Midlleton. Kita coba saja barangkali kita mendapatkan jalan untuk ini “. Rosallia memaparkan hasratnya dengan suara yang datar dan perlahan, agar kata-katanya mampu menyelinap dalam relung jantung semua ibu yang hadir.
“Horeeeee....Hidup Non Rosa, Hiduup....Sang Ratu Rosallia “. Tanpa suatu komando mereka semua bersorak kegirangan. Kegirangan untuk sebersit upaya membela nasib mereka,yang selama ini tidak ada satu pihakpun yang peduli.
Mereka kini telah pulang ke rumah kumuh mereka masing-masing, karena hari sudah siang. Tinggalah kini Rosallia yang anganya serasa hendak merobek langit, terbang tinggi dan tinggi memikirkan jalan hidupnya dia sendiri yang masih belum jelas, dan yang lebih menyita ruang hatinya adalah perjuangan membela nasib tetangganya.
Rosallia kini tenggelam dalam kancah perjuanangan membela nasibnya sendiri. Jarum jam masih  berlari tak ada yang berniat menghentikanya.
***
Kate Middleton tidak mampu menyembunikan senyum bahagia ke semua warga yang tumpah ruah di sepanjang Bantaran Sunga Ciliwung. Kesahajaan tetap saja ditampilkan sang ratu ini, dengan mengenakan stelan rok sebatas lutut dan berlengan panjang serta berwarna biru muda, model pakaian resmi karyawan perusahaan swasta. Satu demi satu dia menyalami semua tamu undangan dengan senyum rang renyah.
Sekali sekali Kate Midlleton melempar pandangan ke arah tamu ibu-ibu warga Bantaran Sunga Ciliwung, yang berdandan pakaian jawa dengan stelan atasnya berwarna hijau daun, terutama kepada Rosallia yang cantik jelita. Dengan dandanan tradisional itu Rosallia tidak berbeda dengan aktris Bolywood Hema Malini. Sebersit rasa kagum pada kecantikan wanita Indonesia ini.
Tiba giliran ibu-ibu warga bantaran diperkenalkan oleh protokoler, semua ibu kini memandang dan menanti sang jubir yang cantik jelita untuk memberikan curhatnya.
“Please Miss Rosallia !” demikian pinta sang pendamping Kate Middleton dari kedutaan Inggris yang sebelumnya telah dilobi Rosallia, untuk memberi kesempatan barang beberapa menit pada Rosallia untuk memaparkan derita warga sekitarnya.
Dengan native speaking yang lancar, disertai tawa yang renyah kedua wanita cantik itu saling berdiskusi. Kate Middlelton tak disangka memberikan antuias yang tinggi dan berkenan mendengarkan dengan jeli meski waktu untuk berbicara antara keduanya telah jauh melewati batas limit, namun Sang Ratu Inggrispun tidak memperdulikan. Bahkan kini dia mengajak Rosallia untuk berjalan menyisir bantaran sungai. Kelihatan mendung tebal kini menyelimuti wajah sang ratu menyaksikan penderitaan sebagian manusia di Indonesia, meski wilayah ini bukan termasuk kedaultan Inggris Raya.
Rosalliakini mengajak  Kate Middleton untuk sekedar mencicipi masakan sayur asam dan ayam goreng hasil masakan warga setempat. Kembali Kate Middleton mengurai senyum renyahnya. Kini mereka berdua bagaikan ratu kembar yang sama sama menawan hadirin yang datang, termasuk juga staf protokoler kedutaan yang akhirnya hanya membiarkan mereka berdua berdiskusi. Kate Middleton yang semula hanya Rosallia lihat di TV kini benar benar berada di sampingnya, bahkan mereka kini berdua bagaikan sahabat yang lama tak jumpa.
Hari telah beranjak siang, misi yang terakhir bagi jubir warga Bantaran Sungai Ciliwung adalah memohon kepada Keluarga Kerajaan Inggris itu untuk menyampaikan penderitaan mereka semua kepada Presiden SBY, salah satunya adalah menampung mereka dalam relokasi yang terjangkau. Tak diduga oleh Rosallia kini Kate Middleton memeluk dia dengan sebuah bisikan di telinganya, bahwa dia akan berusaha menyampaikanya dan sebuah hasrat untuk mendirikan sebuah LSM Internasional untuk sebuah pengentasan kemiskinan di indonesia, dan dia mempercayakan Rosallia untuk memimpinya. Sebuah senyuman paling renyah dan tulus kini menghiasi bibir Sang Ratu Rosallia ***.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar