Kamis, 29 November 2012
Senin, 26 November 2012
J o m b l o
Hari hari bagi Amelia adalah hari dalam kehidupanya. yang tak pernah dihiasi dengan hasrat untuk melangkah surut dalam hal apapun. Bagaikan angin kemarau yang melesat tak bisa dibendung sepanjang garis titian hidupnya, yang penuh dengan kesahajaan dan kegigihan bersama dengan bapa dan emaknya dalam mengayuh biduk kehidupan mereka. Meski Amelia dan keluarganya, hanya bersandar pada biduk yang lapuk dengan layar yang bertebar sayatan koyak, lantaran tertikam ganas dan kejinya kehidupan ini.
Amelia tumbuh menjadi remaja yang lebih sahaja dibanding ABG lainnya di sekolah tempat dia serius menuntut ilmu. Amelia tidak pernah mengenal manis manja dan ceria seperti anak pejabat atau saudagar kaya dengan rengkuhan materi yang berkecukupan. Sehingga mereka seperti kupu kupu kertas warna warni,yang lepas bebas terbang ke tiap penjuru langit, saat hujan menghadang mereka, maka luruhlah kedua sayap yang tak seberapa kokohnya.
Padahal Amelia saat fajar merekah, dia sudah sibuk membantu emaknya untuk belanja sayur ke pasar pagi, untuk sekedar menyambung separo nafasnya. Dia rela bergumul dengan kabut pagi yang dingin, debu pasar yang berceria ditiup angin gunung atau peluh emak emak tua yang berebut mendapatkan sayur sayuran yang masih segar. Meski kadang disertai rasa kantuk, lantara Amelia sering sampai larut malam membantu emaknya di warung nasi depan rumahnya. Sementara adik adiknya sudah mendengkur menguntai mimpi indah,tak peduli emak dan kakak sulungnya, mengais sesuap dua suap nafkah.
Itulah Amelia, dia harus menikam bisu hari hari indahnya sebagai ABG yang sebenarnya berwajah cantik, berkulit kuning. Apalagi bila dia berdandan seperti ABG lainnya,bercelana jeans ketat, kaos T shirt yang keren dan asesoris gaul lainnya.Maka tampaklah selibritis yang siap bercasting di depan kamera tv swasta, setiap liuk tubuhnya yang sintal menggeliat seperti ular kobra, maka sorot mata cowok cowok jalangpun akan terus membidiknya. Maka wajar saja, bila setiap sekolahnya mengadakan perhelatan seni Amelia selalu menjadi bidikan sokib sokibnya untuk mencurahkan multitalentanya. Meski dengan sorot matanya yang sedingin salju lantaran kehidupanya yang mengalami keterpurukan, kadang kadang juga liar dan tajam pertanda dari dalam dirinya terpendam potensi sebagai ABG multitalenta.
“Kau tidak pernah sedikitpun memberi aku harapan,Amel ?” bisik Rudy yang sedari pagi terus menempel Amelia, yang berpakaian seragam sudah agak kusam, karena lamaAmelia tidak mampu membeli yang baru. Amelia hanya tersenyum tipis dan tetap saja dia menyimpan salju di kedua sorot matanya. Rudypun terus saja hingga hari ini masih menyimpan sejuta penasaran, andaikan cewek ini mampu berbinar seperti ABG lainnya yang ceria, maka tidak ada perbedaan antara selebritis dengan Amelia seberkas benangpun. Namun Amelia hanya “keeping silent”, tanpa memandang serius apa yang selalu dia curahkan kepada dia.
“Kau tak keberatan kan ?,bila aku selalu memintamu untuk menjawab ?”
“Rudy ?, apa sih beratnya menjawab apa yang kamu pinta !. Tapi Rud !, aku bukan cewek seperti itu.Kehidupanku dan emak memang lagi terpuruk, bapak jarang pulang karena banyak mengejar borongan di Jakarta, aku nggak bisa sekolah dan berpacaran seperti cewek lainnya. Maafkan aku Rud !” Amelia tetap saja menyedot es jeruknya di kantin, di tengah klasmeeting sehabis UTS.Kedua sorot matanya,hanya asik menelisik larinya air jeruk yang turun naik sepanjang sedotan. Namun justru Rudi semakin dibuat ngap ngapan dengan ulah dingin “The Ice Girl”, yang terbujur bisu di depannya.
“Tapi kau kan jomblo,Amel ?”
“Ya, tepatnya The Silent Jomblo !, tapi itulah aku Rud !, aku nggak peduli. Aku nggak mau setiap sokibku ikut larut dalam penderitaanku. Aku terbiasa hidup gigih di tengah turun naiknya kehidupanku. Aku dhdapkan dengan bagaimana aku dapat membantu emak dan bapaku yang setengah mati menggayutkan hidup ini. Kau tidak biasa dengan keadaan seperti ini,kan Rud !. Kasihanilah diri kamu sendiri, Ru!” hanya sekali ini dia mendengar suara Amelia yang nyaring, dengan mata yang datar namun siap menundukan hati siapa saja yang ada di depanya.
Rudipun hanya sekilas menguliti perjalanan hidupnya, yang diseputari materi yang berlimpah. Mobil hiam mulus dari negeri Eropa selalu mengantarkan dia kemanapun pergi, doku yang diberikan mama papanya selau ludes untuk terbang dari cakrawala manja tawa satu ke lainnya. Apapun mampu dia beli, namun membeli sberkas cinta dari Amelia, ternyata dia tidak mampu sama sekali.
“Aku siap menerimamu apa adanya !”
“Jangan konyol, Rud !, kamu tidak akan mampu berbuat apapun menghadapi peliknya hidup ini. Kau hanya menuruti emosi hati saja. Sudahlah Rud !, apa salahnya sih !, kalau kita hanya berteman saja !, piss !” kali ini sebuah senyuman tipis menghiasi wajah putih alami Amelia.
Tapi bagi Rudy sebuah sayatan luka dihatinya mulai terasa pedih. Tidak ada satupun tebing yang kokoh yang mampu dijadikan curahan hatinya. Mama papanya apalagi, mereka hanya sibuk memutarkan bermilyar milyar uangnya demi sebuah kehidupan sang pemuja harta yang glamour. Sokib sokib yang selalu memusarinyapun tak akan mampu mencarikan kiat untuk bisa mendapatkan ABG yang cantik, flamboyan dan sahaja ini. Ruypun hanya mampu menyobek selembar kertas dari bukunya untuk sekedar menuangkan gejolak hatinya yang sedang dijauhi dewi asmara. Hanya itu yang mampu diperbuat Rudy, sementara Amelia hanya asik mencari uang recehan yang tersebar di kantong bajunya, untuk membayar es jeruknya itu.
“Amel!, bacalah puisiku !, inilah gambaran hatiku, “
Amelia
mampukah kau sejenak melepas....
tiap bilah guratan pedih yang menikam halaman hatimu
lantas kau ulurkan kelopak mawar menembus batas langit
dengan warna merah jingga,
akupun mampu membentangkan rindu,
kau mlempar senyum yang mampu meuntuhkan
puncak Mount Everest
kita bermandi di buih putih laut biru
aku dalam tabir cinta,
kau bersamaku menghitung hari....Rudy
“Apa artinya ini semua Rud ?” geliat tubuh Amelia, yang tadinya terbujur bisu kini nampak saat kedua tanganya membaca puisi Rudy, namun sorot mata The Silent Jomblo masih saja sedingin es.
“Sebuah penantian, Amel !, tetang kau, tentang isi hati ini” Tangan kanan Rudy terus saja menempel pada dadanya sendiri.
“So sorry !, Rud, puisimu tak berarti apa apa bagiku, maafkan aku ya Rud !”
***
“Bapak !”
“Amel, anaku !” sebuah pelukan luapan kangen antara bapak dan putri sulungnya mengharukan pertemuan mereka di tengah malam, saat bapak Amelia tiba kembali di tengah mereka setelah 6 bulan mereka berpisah. Demikian sibuknya hingga Sanoso si tukang batu baru bisa kembali dari Jakarta. Lelaki setengah baya itu, sudah kelihatan tua dibanding dengan umurnya, lantaran dia hanya sebagai pekerja kasar yang memaksakan diri demi menghidupi anak istrinya.
“Bapak !, Amel minta bapak tidak usah ke Jakarta lagi. Warung kita sudah mampu menghidupi kita semua”
“Tapi kamu harus kuliah, Amel !,kamu harus bisa maju, tidak harus terus menerus di warung”
“Itu gampang, pak !, yang penting kita bisa berkumpul lagi, itu sudah cukup bagi Amel “
“Tapi, siapa pacar kamu, Amel ?”
“Amel belum memikirkan itu, Pak !, meskipun sudah banyak cowok yang mendekati aku “
“Jangan begitu Amel, keadaan kita ini adalah semua salah bapak !, kamu tidak boleh ikut menderita. Biarlah semua menjadi tanggung jawab bapak. Seandainya kamu mencintai pria yang kamu pilih, janganlah kau bunuh perasaanmu sendiri. Asal kamu mampu menjaga diri. Kamu kan sudah lulus SMA, kamu harus ceria sama seperti wanita lainnya “.
Amelia hanya tertunduk malu, dalam dirinya kini mulai terasa getaran aneh yang kemudian merambat ke semua sendi tulangnya. Sorot matanya kini mulai hidup, entahlah apa yang akan dilakukan oleh cewek ABG k ini***
Minggu, 25 November 2012
Senyum Sang Ratu
Merasa
dirinya terus saja dikungkung perjuangan menggapai jalan hidup yang
diinginkanya, Rosallia hampir –hampir putus asa. Dia sudah merasakan jalan
hidup yang terbentang jauh di depanya telah dipenuhi kerikil tajam, berliku dan
dikanan-kiri jalan hidupnya telah
ditaburi jurang-jurang yang siap melumat tubuh siapa saja. Namun
Rosallia tak pernah berpikir konyol untuk hanya
berpangku tangan menghadapi sebuah birama hidup yang berdebu dan
menyeskan dadanya. Bila dia melangkah surut,
Kota Jakarta siap menghisapnya dalam-dalam ke dalam kubangan lumpur yang
hitam kelam.
Untuk
kembali ke Tegal kota asalnya, jelas dia tepiskan gagasan seperti itu, karena
di kota itu dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah
meninggalkan dia setelah dia lulus sarjana, sedangkan adik semata wayangnya,
entah tidak pernah memberi kabar berita. Rosallia hanya mendengar dari
teman-teman adiknya, bila Karel telah
merantau ke Sumatra.
Hanya
sepasang lengan kecil yang ringkih dan langkah kaki yang terbatas adalah ciri
seorang wanita, apalagi bagi Rosallia yang masih lajang dan hidup dari
kontrakan kamar satu dengan lainnya, dari debu dan deru jalan jalan Kota Jakarta
yang menghitamkan kulit tubuh dan sering membuat dadanya tersengal. Sebenarnya
benak hatinya dalam rongga dadanya telah menjerit, melengking ke semua atmosfer
hidupnya. Namun lengkingan seorang wanita di tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta
apalah dayanya. Lengkingan itupun akan dipantulkan oleh tebing-tebing yang
tinggi, kokoh dan membisu. Kedua mata Rosalliapun harus mampu meredup, kala
perjuangan hidupnya begitu menyesakan dadanya. Kala dia menjadi korban akal
bulus Ardian yang menjanjikan kehidupan bahagia, manis dan manja di Kota Sejuta
Lampu itu.
***
Kali
ini Rosallia hanya mampu meratapi apa yang terjadi pada dirinya, saat dia
dipanggil kabag personalia di kantornya tentang phk yang dideranya. Sekali lagi
dia mencoba meyakinkan keputusan atasanya itu untuk menepiskan rasa percaya
pada dirinya sendiri. Sejak dia selalu terseok menapaki jalan hidupnya yang
beralasan kerikil tajam, kerap dalam benak Rosallia timbul perasaan tidak
percaya. Namun kenyataan itu kini telah berkali-kali membisikan dalam bilik
jantungnya untuk segera tabah dan tawakal menerimanya di saat usia dia telah
hampir mencapai 30 tahunan.
Semua
bunga-bunga yang berjejer rapi di atas pot semen ikut terlihat layu. Mereka
ikut engucapkan selamat tinggal di
sepanjang jalan paving blok. Hanya Wella yang menjemput dengan membukakan kedua
tangan untuk sebuah pelukan pada Rosallia. Merekakemudian saling menumpahkan
isi hati dengan bahasa air mata, yang entah bagi Rosallia air mata yang
keberapa kali dia tumpahkan.
“Ros,
sabar ya !”. Rosallia hanya menganggukan wajahnya.
“Kita
masih bisa bertemu lagi, kan Wel ?”
“Pasti
Ros !, kita sama sama datang ke Jakarta dengan hanya sebuah tekad. Mengapa kita
mesti berpisah. Tolong kabar kabar ya Ros ?”. Seberkas senyum Rosallia kini
terlihat menghias di bibirnya. Senyum
itulah yang biasa disodorkan wanita yang biasa tampil “exciting” sepanjang hari
termasuk
dalam
meretas bilah hidup di Jakarta, yang penuh liku dan karang terjal dingin
membisu. Hanya terlihat kini kedua wanita lajang yang cantik saling melepas
pelukan, suatu pertanda mereka berdua kini mulai bersiaga menghadapi kehidupan
esok pagi.
Sebuah
rumah berdinding tembok dan papan di Bantaran Sunga Ciliwung tiada sedikitpun
menawarkan senyum pilu, meski sebagian papanya yang berada di atasnya telah
menghitam disentuh banjir sungai itu yang kerap menderanya. Termasuk juga
ancaman banjir saat saat ini di awal tahun, Rosalliapun telah siap membenahi
semua perabot rumahnya agar mampu terhindarkan dari luapan air sungai.
Pagi
itu di sela gerimis tiada henti memagut Kota Jakarta, Rosallia lebih akrab
dengan rumahnya kontrakannya yang pada hari-hari biasanya dia mengabaikan begitu
saja. Semua perabotanya dilepaskan dari
debu debu yang sudah cukup banyak menumpuk. Nyanyian kecil terus saja melantun
di rumah separo papan yang kini terasa lebih hangat. Wanita lajang yang cantik
dan berambut model Demi More itu menyambt harinya tanpa memperdulikan nasibnya
kini yang telah diphk perusahaanya yang sedng terbelit kerugian. Dia terus
berbenah bersama-sama ibu-ibu warga Tebet Dalam untuk menyambut rencana kedatangan
Kate Middlleton ke pemukiman kumuh
tersebut.
Sebentar
sebentar Rosallia diberi pengarahan Bu RT, staf kedutaan Inggris ataupun aparat
lainnya yang aktif memoles dan mensterilkan keamanan pemukiman itu.
“Non
Rosa !, nanti ikut menyambut kedatangan Kate
Middleton , ya !” pinta Bu RT di sela kesibukan wara sekitarnya.
“Baik
Bu RT !, tapi acaranya apa saja bu ?,
aku nggak tahu ?”
“Aku
sendiri nggak tahu, Non !, itu urusan staff kedutaan dan pejabat pekmot atau
aku juga nggak tahu non !”
“Terus
kalau Bu RT nggak tahu, kita kita ini
harus bagaimana ?”
“Kata
Pak RW sih kita hanya disuruh pakai pakaian adat Jawa untuk menyambut sang ratu
“
“Aku
nggak punya pakaian adat lho bu !”
“Itu
gampang non dari pemkot nanti meminjami “
“Kan
ibu- ibu lainnya masih banyak yang bisa menyambutnya !, biar aku nggak ikut
saja, bu ?”
“Eh,
Non Rosa cantik lho, apalagi kalau didandani pakaian adat, pasti nanti bakal
jadi primadona di acara itu !”
“Ah,
Bu RT
bisa aja ?, ya bolehlah bu !.
Tapi nanti aku hanya ngikut aja ya bu ?”
“Nggak
bisa gitu Non !, justru Non Rosa yang dijadikan tumpuan ibu-ibu untuk
menyampaikan misi ini !”
“Misi
apa ya bu ?, kok jadi serius sih bu ?”. Rosallia mengkerutkan kedua alis
matanya, wajahnya tidak setawar semula, meski dia tidak keberatan dengan tugas
moralnya itu, tapi lantaran dia sama sekali tidak tahu maksud misi yang
diembanya, maka kini dia merasa seperti wanita bengong di tengah kerumunana ibu
ibu warga sekitarnya yang memang nasibnya harus diperjuangkan. Beberapa ibu
lainya kini mulai gabung dengan diskusi jalanan di Bantaran Sunga Ciliwung.
Mereka semua berniat mengusung suatu misi diam diam untuk sebuah perbaikan
nasib dan pemukiman mereka, saat sang ratu berada di tengah mereka.
“OK
deh ibu-ibu, tadi Bu RT memintaku menyampaikan
misi kita pada Kate Middleton. Tapi
aku nggak tahu harus bicara apa ?”
“Non
Rosa bisa bicara bahasa Inggris ,kan ?” tanya salah satu ibu yang mulai bersemi
sebuah harapan di hatinya.
“Lumayan
bu !, dulu setiap ada kunjungan tamu dari luar negeri di kantorku, aku disuruh
bosku menjadi jubirnya”.
“Ah
kebetulan sekali, kita tanpa protokoler bisa langsung curhat dengan Sang Ratu
Inggris. Dan minta disampaikan langsung pada Presiden SBY tentang nasib kami”
pinta Bu Ramelan.
“Tapi
misi ibu-ibu itu apa ?, aku belum tahu ?”
“Gini
lho Non Rosa, Pemprov Jakarta berencana menjadikan Sungai Ciliwung sebagai
Kawasan Wisata Air, maka kami semua dalam waktu dekat akan digusur begitu saja.
Makanya kamu pengin curhat dengan sang ratu.
“Beruntung
minggu kemarin ada beberapa wartawan CNN dan BBC News yang menayangkan di media
mereka lengkap dengan pengambilan gambarnya. Sehingga penggusuran dibatalkan”,
sahut Bu RT .
“Ibu
nelihat sendiri tayanganya ?”
“Oh
iya Non Rosa !. Bahkan mereka akan menyampaikan kasus ini ke Komisi Hak Azasi
Manusia Internasional bila pemerintah menelantarkan kami “ kata Bu Hamzah.
“Terus
keinginan warga itu apa ?” sahut Rosallia.
“Kami
inginkan sebuah relokasi yang permanen seperti rasunewa, meski kami harus
membelinya dengan harga murah “
“Oh...begitu,
tapi aku nggak berani janji ya bu
!,karena masalahnya aku bisa dekat dengan Ratu Inggris nggak, itu masalahnya.
Kita terbentur masalah protokoler nantinya.Tapi nanti aku coba ya !”
“Ada
beberapa momen yang paling memungkinkan untuk Non Rosa untuk hanya sekedar
ngobrol menyampaikan misi kami secara non formal, yaitu saat Sang Ratu Inggris datang
dan diperkenalkan dengan kami semua, saat itu kami semua berniat menerobos
pengamanan untuk berbicara hanya beberapa menit saja “ Bu RT menambahkan.
“Tapi
dia si cantik itu, apa mau mendengarkan
keluh kesah kami, Bu RT ?” Bu Agus masih
belum percaya dengan misi itu.
“Justru
itulah mereka mengadakan kunjungan ke Indonesia sama seperti kunjngan Lady Dy
dan Pangeran Charles ke Indonesia beberapa tahun lalu “ jawab Bu Santoso.
“Ibu- ibu jangan khawatir, keluarga Kerajaan
Inggris dikenal seantero dunia sebagai figur yang peduli sesama dan pendengar
yang baik, tidak seperti pejabat pejabat lainnya. Oleh karena itu kita sangat
beruntung kedatangan mereka “ .
Mereka
yang hadir di diskusi jalanan itu sebagian besar masih menggayutkan wajah tak
percaya akan misi ini. Bahkan sebagian lagi masih memendam rasa khawatir bila
misi itu menimbulkan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Lantaran sebagian
besar dari mereka adalah insan insan yang hanya memiliki kulit, daging dan
tulang yang tiada seberapa kokohnya. Mereka
telah terlanjur bermukim di pemukiman liar di bantaran, apabila Pemprov masih
bersikeras menggusurnya merekapun hanya menerima dengan pasrah. Meski sebagian
besar dari mereka sudah menyekolahkan anak anak mereka di sekolah terdekat dan
sebagian lainnya sudah menetap di kios –kios permanen.
Mereka
kinipun hanya mampu terpaku diantara kerumunan ibu-ibu yang berdiskusi.
“Kalau
ibu-ibu masih khawatir, OK-lah aku akan ke kedubus Inggris,kebetulan aku punya
teman yang kerja di sana. Aku akan minta waktu barang 5 menit untuk berdiskusi
dengan Kate
Midlleton. Kita coba saja barangkali kita mendapatkan jalan untuk ini “.
Rosallia memaparkan hasratnya dengan suara yang datar dan perlahan, agar
kata-katanya mampu menyelinap dalam relung jantung semua ibu yang hadir.
“Horeeeee....Hidup
Non Rosa, Hiduup....Sang Ratu Rosallia “. Tanpa suatu komando mereka semua bersorak
kegirangan. Kegirangan untuk sebersit upaya membela nasib mereka,yang selama
ini tidak ada satu pihakpun yang peduli.
Mereka
kini telah pulang ke rumah kumuh mereka masing-masing, karena hari sudah siang.
Tinggalah kini Rosallia yang anganya serasa hendak merobek langit, terbang
tinggi dan tinggi memikirkan jalan hidupnya dia sendiri yang masih belum jelas,
dan yang lebih menyita ruang hatinya adalah perjuangan membela nasib
tetangganya.
Rosallia
kini tenggelam dalam kancah perjuanangan membela nasibnya sendiri. Jarum jam
masih berlari tak ada yang berniat
menghentikanya.
***
Kate
Middleton tidak mampu menyembunikan senyum bahagia ke semua warga yang tumpah
ruah di sepanjang Bantaran Sunga Ciliwung. Kesahajaan tetap saja ditampilkan
sang ratu ini, dengan mengenakan stelan rok sebatas lutut dan berlengan panjang
serta berwarna biru muda, model pakaian resmi karyawan perusahaan swasta. Satu
demi satu dia menyalami semua tamu undangan dengan senyum rang renyah.
Sekali
sekali Kate Midlleton melempar
pandangan ke arah tamu ibu-ibu warga Bantaran Sunga Ciliwung, yang berdandan
pakaian jawa dengan stelan atasnya berwarna hijau daun, terutama kepada
Rosallia yang cantik jelita. Dengan dandanan tradisional itu Rosallia tidak
berbeda dengan aktris Bolywood Hema Malini. Sebersit rasa
kagum pada kecantikan wanita Indonesia ini.
Tiba
giliran ibu-ibu warga bantaran diperkenalkan oleh protokoler, semua ibu kini
memandang dan menanti sang jubir yang cantik jelita untuk memberikan curhatnya.
“Please
Miss Rosallia !” demikian pinta sang pendamping Kate Middleton dari
kedutaan Inggris yang sebelumnya telah dilobi Rosallia, untuk memberi
kesempatan barang beberapa menit pada Rosallia untuk memaparkan derita warga
sekitarnya.
Dengan
native
speaking yang lancar, disertai tawa yang renyah kedua wanita cantik itu
saling berdiskusi. Kate Middlelton
tak disangka memberikan antuias yang tinggi dan berkenan mendengarkan dengan
jeli meski waktu untuk berbicara antara keduanya telah jauh melewati batas
limit, namun Sang Ratu Inggrispun tidak memperdulikan. Bahkan kini dia mengajak
Rosallia untuk berjalan menyisir bantaran sungai. Kelihatan mendung tebal kini
menyelimuti wajah sang ratu menyaksikan penderitaan sebagian manusia di
Indonesia, meski wilayah ini bukan termasuk kedaultan Inggris Raya.
Rosalliakini
mengajak Kate Middleton untuk
sekedar mencicipi masakan sayur asam dan ayam goreng hasil masakan warga
setempat. Kembali Kate Middleton
mengurai senyum renyahnya. Kini mereka berdua bagaikan ratu kembar yang sama
sama menawan hadirin yang datang, termasuk juga staf protokoler kedutaan yang
akhirnya hanya membiarkan mereka berdua berdiskusi. Kate Middleton yang semula
hanya Rosallia lihat di TV kini benar benar berada di sampingnya, bahkan mereka
kini berdua bagaikan sahabat yang lama tak jumpa.
Hari
telah beranjak siang, misi yang terakhir bagi jubir warga Bantaran Sungai Ciliwung
adalah memohon kepada Keluarga Kerajaan Inggris itu untuk menyampaikan
penderitaan mereka semua kepada Presiden SBY, salah satunya adalah menampung
mereka dalam relokasi yang terjangkau. Tak diduga oleh Rosallia kini Kate Middleton memeluk dia dengan sebuah
bisikan di telinganya, bahwa dia akan berusaha menyampaikanya dan sebuah hasrat
untuk mendirikan sebuah LSM Internasional untuk sebuah pengentasan kemiskinan
di indonesia, dan dia mempercayakan Rosallia untuk memimpinya. Sebuah senyuman
paling renyah dan tulus kini menghiasi bibir Sang Ratu Rosallia ***.
Langganan:
Postingan (Atom)